Sekolah Inklusi Terima Bantuan Alat Terapan Anak Berkebutuhan Khusus

Pertemuan dengan perwakilan sekolah Inklusi Se-Kukar penerima bantuan alat terapan anak berkebutuhan khusus
Foto: Endi

Dinas Pendidikan (Disdik) Kutai Kartanegara (Kukar), menyerahkan secara simbolis bantuan alat terapan anak berkebutuhan khusus bagi sekolah inklusi se-Kukar, yang berlangsung, Senin (19/09) pagi.

Bantuan yang diberikan berupa alat bantu bagi siswa berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam belajar, seperti boneka, sempoa, serta meja dan kursi untuk anak-anak autis.

"Bantuan yang kita berikan baru tahun ini, diperuntukkan bagi 29 sekolah dasar yang ada di 18 kecamatan se-Kukar," ujar Kasi Data Bidang Pendidikan Dasar, Disdik Kukar, Ery Haryono.

Dengan diserahkankannya bantuan tersebut, dirinya berharap agar para tenaga pengajar di sekolah-sekolah tersebut mampu menangani anak-anak berkebutuhan khusus.

Sekolah inklusi, kata Ery, merupakan sekolah dasar (SD) yang juga melayani anak-anak berkebutuhan khusus, namun sekolah ini tidak seperti sekolah luar biasa (SLB) yang memiliki kurikulum tersendiri.

"Kalau di inklusi itu kita menggunakan kurikulum biasa tetapi ada pelayanan di inklusinya, nah dalam satu minggu itu ada beberapa hari, nanti dikumpulkan yang berkebutuhan khusus, misalnya yang tuna grahita atau autis," terangnya.

Penyerahan bantuan ini sendiri merupakan rangkaian kegiatan Disdik Kukar yang sebelumnya telah memberikan pelatihan atau workshop berupa pengenalan anak berkebutuhan khusus kepada tenaga pendidik di sekolah inklusi.

Terkait jumlah anak-anak berkebutuhan khusus yang belajar di sekolasi inklusi, kata Ery, dalam satu sekolah jumlahnya bervariasi. "Ada yang tiga orang, bahkan di SDN 003 kecamatan Loa Kulu ada 26 siswa dari beberapa ketunaan," jelasnya.

Sejauh ini, sambung Ery, dari laporan beberapa sekolah, anak-anak berkebutuhan khusus yang awalnya belajar mengikuti program sekolah inklusi pada akhirnya bisa mengikuti pelajaran kelas reguler secara utuh.

"Selama ini kan mereka masuk ke kelas reguler kemudian masuk ke kelas inklusinya, jadi kini ada kemajuan, dan masyarakat kelihatannya mulai percaya dan peduli dengan anak-anak berkebutuhan khusus, itu ditandai dengan beberapa sekolah yang siswanya masuk di inklusi," ucapnya.

Namun yang menjadi catatan, hingga saat ini tenaga pengajar yang memiliki basic untuk mendidik anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi masih sangat minim.

"Ini masih kita usahakan, dari 29 sekolah itu hanya dua orang yang background pendidikannya PLB atau pendidikan luar biasa. Makanya nanti kita akan mengusulkan kepada Badan Kepegawaian Daerah untuk pengadaan guru khusus di sekolah inklusi," imbuhnya.

Ditambahkan Ery, pengadaan guru khusus di sekolah negeri memang memiliki regulasi tersendiri, sehingga pihaknya menyerahkan kepada SKPD yang berkompeten untuk menangani hal itu.

"Kami hanya menyampaikan bahwa ada 29 sekolah berkategori inklusi dan memerlukan tenaga yang berkompeten." pungkasnya. (end)




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top