Penghujung Erau Adat Pelas Benua 2023 Ditutup Ritual Ngulur Naga dan Belimbur

Replika naga laki dan naga bini didepan museum Mulawarman sebelum dibawa ke Kutai Lama
(Foto: Media Kesultanan/Awal)

Puncak pelaksanaan Erau Adat Pelas Benua 2023 ditandai dengan prosesi Ngulur naga dan Belimbur oleh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Minggu (01/10) pagi.

Prosesi diawali dengan diturunkannya replika Naga Laki dan Naga Bini yang berada di serambi Museum Mulawarman (Eks keraton Kutai). Sultan Kutai ke-21 Haji Adji Muhammad (HAM) Arifin kemudian melakukan ritual Tepong tawar dan Besawai kepada dua naga tersebut.

Ritual Tepong tawar dan Besawai bertujuan agar selama perjalanan membawa sepasang naga menuju perairan sungai di Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun jua.

Dalam prosesi Ngulur Naga yang dihadiri jajaran pemerintah daerah, Forkopimda, undangan dan warga masyarakat ini dibacakan riwayat naga oleh kerabat kesultanan yakni Raden Mangkupatih serta sambutan Sultan Kutai ke-21 yang dibacakan Pangeran Noto Negoro.

Selanjutnya kedua replika naga dinaikkan keatas kapal dan dibawa ke perairan sungai Kutai Lama untuk dilarung tubuhnya, sedangkan kepala dan ekornya dibawa kembali ke Tenggarong. Prosesi Ngulur Naga sendiri dalam kepercayaan adat Kutai secara turun temurun adalah ritual komunikasi para alam dunia dan para alam ghaib yang bersifat sakral.

Disaat replika naga diberangkatkan, Sultan Kutai ke-21 melaksanakan ritual Beumban, Begorok, dan Rangga Titi, dimana ritual ini wajib dilakukan untuk mendahului ritual belimbur.

Suka cita belimbur kerabat kesultanan yang berbaur dengan warga disekitar museum Mulawarman
(Foto: Media Kesultanan/Awal)

Belimbur sendiri dimulai setelah air tuli atau air suci dari sungai Kutai Lama dibawa bersama kepala dan ekor naga. Ritual ini dimaksudkan untuk mensucikan diri Sultan Kutai beserta kerabat dan orang-orang terdekatnya dari pengaruh jahat.

Sultan yang duduk diatas Rangga Titi kemudian memerciki dirinya menggunakan mayang pinang serta memercikan ke arah 4 penjuru mata angin. Ritual ini menandai dimulainya belimbur secara bersama-sama oleh seluruh rakyat Kukar dan para pengunjung untuk menyucikan diri dari pengaruh jahat yang berwujud dan tidak berwujud.

Selain di sekitar museum Mulawarman, belimbur dilaksanakan dibeberapa titik yaitu dari Kelurahan Loa Tebu hingga simpang tiga kecamatan Loa Janan dan dumulai dari pukul 10.00-15.00 Wita.

Sebelumnya Bupati Kukar Edi Damansyah dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Akhmad Taufik Hidayat mengatakan, Erau sebagai event budaya dan festival rakyat adalah bukti kekayaan dan keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Kukar.

Lanjutnya, Erau merepresentasikan identitas kearifan lokal masyarakat Kukar serta bagaimana antusiasme masyarakat dalam merawat nilai-nilai tradisi yang adi luhung. Diharapkan Erau ini akan memperkuat jati diri masyarakat Kutai ditengah komunitas global bangsa Indonesia dan dapat dinilai citra eksklusif bagi masyarakat Kaltim ketika IKN tumbuh berkembang di masa yang akan datang.

Terkait upacara adat Erau, ia pun mengajak semua pihak untuk menjunjung tinggi adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini. "Agar kita semua menjadi warga negara arif terhadap nilai-nilai tradisi dan masyarakat yang peka terhadap adat budaya," ucap Taufik. (mmbse)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top