Prosesi Mengulur Naga dan Belimbur Akhiri Kemeriahan Erau 2017

Sepasang replika Naga dibawa dari keraton Kutai (museum) menuju Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana
Foto: Endi

Puncak perhelatan Erau adat Kutai and International Folk Art Festival (EIFAF) 2017 di Tenggarong ditandai dengan ritual Mengulur (melarung) Naga dan Belimbur, Minggu (30/07).

Sebelum diberangkatkan menuju desa Kutai Lama, terlebih dahulu dibacakan riwayat Naga serta Tepong Tawar kepada sepasang replika Naga tersebut oleh Putera Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Anoem Soerya Adiningrat.

Dihadapan Sultan HAM Salehoeddin II dan kerabat, undangan, serta para duta besar negara sahabat, Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari, menyampaikan rasa bangganya atas terlaksananya Erau tahun ini.

“Festival ini telah dinobatkan oleh Kementrian Pariwisata sebagai festival terpopuler dalam Anugerah Pariwisata Indonesia tahun 2016,” ucapnya.

Upacara Mengulur Naga, lanjutnya, telah menjadi icon dari upacara Erau Adat Kutai yang dikenal luas tidak hanya oleh masyarakat di Kalimantan Timur, tetapi juga secara nasional.

Bupati Rita Widyasari juga larut dalam suka cita Belimbur saat melintasi jalan sekitar museum Mulawarman
Foto: Adi Sophian

Sementara prosesi Belimbur, sambung Rita, memilki makna pembersihan diri dari pengaruh jahat yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat secara langsung. 

“Acara belimbur merupakan kegiatan yang ditunggu-tunggu masyarakat, dimana semua orang akan membiarkan dirinya basah, menerima siraman air, dan orang yang disiram tidak boleh marah,” cetusnya.

Belimbur sendiri dilaksanakan pada pukul 11.00 Wita setelah air tuli dipercikan oleh Sultan HAM Salehoeddin II dari atas Rangga Titi.

Tak hanya ribuan warga lokal, Belimbur juga diikuti dengan suka cita oleh para anggota delegasi kesenian 8 negara, yakni, Polandia, Bulgaria, Slovakia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, China Taipei, dan India. 

Selain di Tenggarong, ritual Belimbur juga dilaksanakan di Desa Kutai Lama tempat diulurnya replika Naga yang sebelumnya telah bersemayam selama 7 hari di keraton Kutai. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top