Dua "Naga" Erau Sepanjang 17 Meter Selesai Dibuat

Replika Naga Erau selesai dibuat, beberapa orang nampak mengerjakan pemasangan sisik kain 12 warna
Foto: Dok.kutaikartanegaranews.com/Endi

Dua replika Naga yang akan diulur atau dilarung pada ritual puncak Erau Adat Kutai telah selesai dibuat. Naga Laki dan Naga Bini itu diletakkan di sisi kiri serta kanan teras Keraton Kutai (Museum Mulawarman).

"Sepasang Naga ini memiliki panjang yang sama yakni 17 meter dengan diameter 85 centimeter. Setelah dibentuk dan dipasang kepalanya, lalu dibalut kain kuning dan ditempelkan kain 12 warna," terang Staf Bidang Kebudayaan, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Adji Pangeran Ario Putro Amidjoyo, Minggu (14/07).

Dikatakan pria yang akrab disapa Adji Hasan itu, pembuatan dua buah replika Naga Erau dikerjakan oleh sekitar 15 orang dalam waktu satu minggu dengan menggunakan bahan berupa kayu meranti, rotan, kain dan lem. 

"Kemudian di lantai tepat didepan kedua Naga, diletakkan sajen atau dalam bahasa Kutai disebut Peduduk," kata Adji Hasan yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kukar ini.

Peduduk tersebut menggunakan wadah yang didalamnya berisi buah pisang, buah pinang, gula merah, telor ayam kampung, rokok dari daun, dan kelapa yang masih ada sabutnya, dimana diatasnya diikatkan benang putih serta ditancapkan jarum. Selain itu juga ada dupa yang dibakar dan dijaga agar terus menyala.

"Saat sisik kedua Naga tuntas dipasang, akan dilakukan ritual Besawai atau komunikasi kepada makhluk gaib atau roh leluhur sambil menabur beras kuning di depan Naga Laki dan Naga Bini serta di dalam Keraton atau persisnya di dalam ruang kelambu kuning dan kamar tempat Sultan HAM Salehoeddin II beristirahat," ujarnya.

Namun karena saat ini Sultan Kutai dalam kondisi sakit maka Besawai digantikan putera tertuanya. "Sultan telah menunjuk Putera Mahkota Adji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat untuk melaksanakan ritual Besawai," ucapnya.

Ditambahkan Adji Hasan, nantinya pada puncak penutupan Erau 29 Juli 2018 mendatang, dua buah replika Naga itu akan diturunkan dari Museum Mulawarman, lalu dinaikkan keatas kapal dan selanjutnya dibawa ke desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana untuk dilarung ke sungai Mahakam.

"Tetapi ketika Naga diulur di sungai Kutai Lama, kepala dan ekornya harus dilepas, jadi hanya badannya saja yang dimasukkan kedalam sungai," sambungnya.

Setelah itu, kepala serta ekor kedua Naga tersebut dibawa kembali dan disimpan di Kedaton Kesultanan untuk digunakan lagi pada pelaksanaan Erau tahun berikutnya,

"Pada puncak pelaksanaan Erau nanti, juga dilaksanakan prosesi adat Belimbur atau saling menyiramkan air sebagai simbol pembersihan diri," tambah Adji Hasan.

Sebagai informasi, Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF) ke-6 berlangsung dari tanggal 21 hingga 29 Juli 2018. Selama pelaksanaan Erau, Kesultanan Kutai akan menggelar berbagai ritual sakral. (end) 

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top