kutaikartanegaranews »
News
,
Seni - Budaya
»
Lanjong Art Festival 2025 Digelar 22-28 Agustus di Ladaya Tenggarong
Lanjong Art Festival 2025 Digelar 22-28 Agustus di Ladaya Tenggarong
Posted by Admin Selasa, 19 Agustus 2025 |
News,
Seni - Budaya
![]() |
Bincang sore dan temu media gelaran Lanjong Art Festival 2025 di Kong Djie Coffee Tenggarong (Foto: Fairuz) |
Tenggarong - Setelah terakhir diselenggarakan pada tahun 2017, Yayasan Lanjong Indonesia kembali menggelar Lanjong Art Festival (LAF) di Ladaya, Tenggarong, Kalimantan Timur (Kaltim), pada 22–28 Agustus 2025 mendatang.
Mengusung tema besar “Habis Barat Terbitlah Timur”, festival ini menjadi ruang perjumpaan seniman, penonton, penikmat dan pengamat seni, serta pemikir dari berbagai latar untuk saling berbagi, berdialog, dan merayakan keberagaman seni.
Saat bincang sore dan temu media di Kong Djie Coffee Kota Raja Tenggarong, Selasa (19/08/2025) sore, External representative LAF 2025 Dedi Nala Arung mengatakan, Program festival mencakup kompetisi teater yang melibatkan sebelas kelompok teater dari seluruh Indonesia, sarasehan, workshop, karya kolaborasi, serta eksibisi dari para seniman Indonesia, Malaysia, Singapura, Jepang, Spanyol, dan Brasil.
"Melalui rangkaian acara ini, Lanjong Art Festival ingin menghadirkan pengalaman seni yang tidak hanya menyajikan pertunjukan, tetapi juga membuka ruang refleksi dan percakapan yang lebih luas. Tema Besar: Habis Barat Terbitlah Timur Tema ini berangkat dari kesadaran bahwa istilah “Barat” dan “Timur” tidak sematamata soal letak geografis, melainkan ruang geopolitik dan pengalaman hidup yang sarat dengan ketimpangan, prasangka, dan stigma," jelasnya.
Yayasan Lanjong Indonesia yang berbasis di Kaltim sebagai tuan rumah festival, berupaya menghadirkan contoh nyata bagaimana ruang yang kerap dipandang “pinggiran” justru memiliki kekayaan pengetahuan, pengalaman, dan kebudayaan yang layak dirayakan dan didengar.
“Habis dalam tema ini bukan berarti mengakhiri, melainkan sebuah fase perjalanan setelah menimba pengalaman dari berbagai ruang dan tradisi, kini saatnya kembali pulang, mengenali diri, lalu membuka diri untuk pertemuan yang lebih luas. “Timur” di sini adalah ajakan untuk saling mengenal, saling mendengar, dan saling meretas stigma yang selama ini melekat, sehingga setiap orang akan bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah," kata Dedi.
Festival ini sambung dia, lahir dari keyakinan bahwa seni mampu menjadi medium untuk menciptakan ruang alternatif, ruang yang aman, setara, dan terbuka bagi siapa pun. Melalui dialog lintas generasi dan lintas budaya, festival ini berusaha memudarkan dikotomi “pusat” dan “pinggiran” serta menegaskan bahwa setiap kebudayaan memiliki nilai dan keunikan yang sama berharga, bahwa setiap suara sudah selayaknya didengar.
"Dengan menghadirkan seniman dari berbagai daerah Indonesia dan luar negeri, Lanjong Art Festival 2025 berharap bisa menjadi momentum untuk memperkaya cara pandang kita terhadap seni, kebudayaan, dan kemanusiaan," demikian disampaikannya. (*)
Tidak ada komentar: