Ziarah Makam Aji Imbut Tandai Peringatan HUT Kota Tenggarong Ke-235

Peringatan HUT kota Tenggarong ke-365 ditandai dengan ziarah ke makam Aji Imbut 
Foto: R Hidayat

Peringatan HUT kota Tenggaronge ke-235 ditandai dengan ziarah dan tabur bunga di makam pendiri kota Tenggarong, Aji Imbut gelar Sultan Muhammad Muslihuddin, Kamis (28/09) pagi tadi.

Makam pendiri kota Tenggarong yang memerintah pada tahun 1780-1816 itu berada di area makam raja dan kerabat kesultanan Kutai, komplek Museum Mulawarman.

Ziarah dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Kutai Kartanegara (Kukar) H Marli, bersama para kepala OPD dilingkungan pemkab Kukar, unsur FKPD, dan kerabat kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Sebelum ziarah dimulai, terlebih dahulu dibacakan riwayat singkat berdirinya kota Tenggarong. Dilanjutkan dengan sambutan Sultan HAM Salehoeddin II oleh Kabid Pelestarian Budaya Kesultanan Kutai, APHK Poeger.

Setelah pembacaan doa, Sekda Kukar H Marli bersama putera Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat meletakkan Bunga Lompo.

Bunga Lompo adalah karangan bunga berbentuk persegi panjang yang terbuat dari anyaman pandan dan dihiasi beraneka bunga, lalu diletakkan di atas makam Aji Imbut.

Selain makam pendiri kota Tenggarong, ziarah juga dilaksanakan di makam Sultan Aji Muhammad Salehuddin I (Sultan Kutai ke-16), Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Sultan Kutai ke-17), dan Sultan Aji Muhammad Parikesit (Sultan Kutai ke-19).

Ziarah juga dilakukan di makam Muballigh besar Kesultanan Kutai Sayid Muhammad Bin Sayid Saleh (Al) Bin Yahya (Makkawi).

Saat membacakan sambutan tertulis Bupati Kukar Rita Wdiyasari, Sekda H Marli mengatakan, kegiatan ziarah ini untuk mengenang jasa-jasa serta memanjatkan doa bagi para pendahulu pendiri kota Tenggarong beserta raja-raja penerusnya.

"Kiranya juga menjadi perenungan dan refleksi bagi kita sekalian untuk terus memelihara spirit perjuangan guna membangun daerah yang lebih baik," cetusnya.

Marli berharap, makna dan sejarah berdirinya kota Tenggarong tidak hanya sebatas peringatan saja, namun dapat melekat dan dipahami oleh masyarakatnya, khsusunya generasi muda.

"Agar dimasa sekarang dan akan datang kita sekalian tidak hanya berpangku tangan, tetapi melekat sifat memiliki dan menjaga sejarahnya," ujar Marli.

Kota Tenggarong sendiri merupakan kota tertua di provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) selama kurang lebih 1,5 abad lamanya, dan dituju sebagai tempat hijrah serta menjadi pusat pemerintahan baru kesultanan Kutai Kartanegara. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top