Ritual Ngulur Naga dan Belimbur Tandai Puncak Erau 2019

Puncak Erau ditandai dengan mengulur naga yang dibawa dari keraton Kutai menuju Kutai Lama
(Foto: Endi)

Puncak pelaksanaan Erau Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ditandai dengan ritual mengulur dua replika naga, Minggu (15/09) pagi tadi. 

Rangkaian prosesi mengulur naga diawali dengan menurunkan Naga Laki dan Naga Bini yang telah disemayamkan selama 7 hari 7 malam di serambi Keraton Kutai (Museum Mulawarman). 

Setelah pembacaan riwayat naga, dilanjutkan dengan prosesi tepong tawar ke sepasang naga tersebut oleh Sultan Kutai ke XXI Adji Muhammad Arifin yang didampingi sejumlah kerabat kesultanan.

Selanjutnya kedua replika naga itu dinaikkan keatas kapal yang berada di dermaga depan Museum Mulawarman untuk diberangkatan dan diulur di sungai Mahakam desa Kutai Lama. Setelahnya di keraton dilaksanakan ritual Beumban dan Begorok.

Menjelang siang, air Tuli dari sungai Kutai Lama tiba, kemudian Sultan Adji Muhammad Arifin naik ke Rangga Titi atau balai yang terbuat dari bambu kuning, lalu memercikkan air Tuli ke dirinya.

Setelah itu Sultan memercikkan air Tuli ke sekeliling yang menandai bahwa Belimbur (saling menyiramkan air) dimulai. Siraman air dari mobil pemadam di sekitar dermaga pun disambut suka cita warga.

Salah satu suasana Belimbur di kawasan sekitar Museum Mulawarman Tenggarong
(Foto: Beni)

Belimbur yang bermakna pembersihan diri dari pengaruh jahat ini memang dipusatkan di sekitar Museum Mulawarman, namun meluas ke beberapa kawasan di kota Tenggarong.

Bupati Kukar Edi Damansyah menyampaikan apresiasi atas kerjasama yang baik dengan pihak kerabat Kesultanan dalam upaya bersama melestarikan adat istiadat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

"Upacara Adat Erau telah menjadi warisan budaya Indonesia dari Kalimantan Timur, yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 lalu. Oleh karenanya upacara adat ini harus terus dijaga dan dipelihara," ucapnya.

Senada dengan Bupati Kukar, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi berharap tradisi Erau dapat terus dilestarikan.

"Tradisi ini sudah sekian lama dilaksanakan, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan manfaat bagi masyarakat Kalimantan Timur dan rakyat Indonesia," cetusnya. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top