Meski Terjadi Pandemi Covid-19, PHM Tetap Jaga Tingkat Produksi Migas di WK Mahakam

PHM tetap jaga tingkat produksi migas WK Mahakam ditengah pandemi COVID-19
(Foto: Humas PHM)

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), selaku operator Wilayah Kerja (WK) Mahakam dengan dukungan SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Indonesia selaku induk usaha, tetap melaksanakan operasi memproduksi gas dan minyak dengan baik meski berada di tengah-tengah pandemi Covid-19, dengan tanpa sedikit pun mengendurkan aspek keselamatan kerja.

Hingga akhir Maret 2020 atau Kwartal 1 2020, rata-rata produksi gas WK Mahakam mencapai 658,5 mmscfd (wellhead), dimana target teknis Work Program & Budget (WP&B) 2020 adalah 590 mmscfd. Sedangkan untuk likuid (minyak dan kondensat) produksinya mencapai 30,34 kbpd, sedikit lebih tinggi daripada target teknis WP&B 2020 yakni 28,43 kbpd.

Capaian ini berkat penambahan produksi dari sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 dan telah mulai berproduksi pada awal tahun ini, serta upaya pemeliharaan sumur-sumur (work over & well services) yang ada.

Dari sisi pendapatan, bagi hasil untuk Pemerintah RI adalah US$ 216,58 juta, masih di atas target WP&B 2020 yakni US$ 199,37 juta. Sementara itu, dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3), PHM juga mencatat prestasi yang baik, yakni mencapai 655 hari kerja atau 56.935.201 manhours  (pada tanggal 31 Maret 2020 lalu) tanpa Lost Time Injury (LTI) atau tanpa kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari kerja.

General Manager PHM, John Anis, mengatakan bahwa produksi gas dan minyak bumi di WK Mahakam hingga Kwartal 1 2020 tetap baik, dan sejauh ini tidak terdampak oleh pandemi Covid-19.

“Kami tetap berjuang dan berdoa agar wabah yang tengah merebak ini tidak mempengaruhi kinerja produksi PHM di WK Mahakam, namun ke depan hal yang harus kita cermati dan menjadi keprihatinan bersama adalah dampak penurunan harga minyak mentah dunia terhadap permintaan produksi migas kami,” katanya.

Sebagaimana diketahui harga minyak mentah dunia telah anjlok hingga di bawah US$ 30 per barel, sebagai akibat dari banjir pasokan di pasar ditambah lemahnya permintaan global buntut kebijakan lockdown yang diterapkan banyak negara untuk menanggulangi penyebaran Covid-19. John Anis berharap dalam situasi lemahnya permintaan ditambah harga minyak mentah dunia yang rendah Pemerintah bersedia memberikan bantuan terhadap industri hulu migas demi mengurangi tekanan.

Sejauh ini, meski mengelola wilayah kerja migas yang telah berada pada fase penurunan produksi secara alamiah, PHM senantiasa berusaha keras dapat memberikan kontribusi yang baik bagi penerimaan negara. PHM terus berjuang untuk menghasilkan cost efficiency, melalui berbagai inovasi terutama dalam kegiatan pengeboran dan pemeliharaan sumur. Penghematan ini tentunya akan menurunkan pula biaya-biaya yang harus dibayarkan kembali oleh Pemerintah (cost recovery) kepada kontraktor.

Pada tahun 2020 PHM menargetkan akan mengebor 117 sumur tajak, dan 2 sumur eksplorasi (South Peciko dan Tunu Deep East). Banyaknya jumlah sumur yang dibor itu merupakan upaya untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon yang tersedia, karena cadangan dan produksi dari sumur-sumur yang ada sudah semakin marjinal.

Sebagai perbandingan, pada 2019 PHM mengebor 127 sumur tajak dari target 118 sumur. Hal ini buah dari berbagai inovasi untuk mempersingkat durasi pengeboran dan menghemat biaya. Namun, terdapat peluang bila harga minyak mentah tidak membaik juga, maka jumlah sumur tajak yang akan dibor dapat dikoreksi.

Untuk aktifitas workover & well services, pada 2020, PHM menargetkan 6.028 kegiatan. Sebagai perbandingan, pada 2019 PHM melaksanakan 6.948 pekerjaan pemeliharaan sumur dari target 6.513 pekerjaan. Hal ini juga berkat pengembangan berbagai teknik, seperti: penyelesaian sumur (completion) tanpa menggunakan rig (rigless), yang berhasil menurunkan biaya sewa rig pengeboran. (***)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top