Diterpa Pandemi, Produksi Kerupuk Bawang Rumahan Warga Maluhu Ini Tetap Jalan

Sutinah mengiris satu persatu adonan kerupuk bawang, usaha ini telah dirintis sejak tahun 2011
(Foto: Endi) 

Pandemi COVID-19 telah menerpa para pelaku usaha, namun hal itu tak menyurutkan Sutinah untuk memproduksi kerupuk bawang rumahan. Dibantu keluarga dan tetangganya, ia tetap konsisten menghasilkan kiloan kerupuk setiap hari.

Warga Jalan Masjid RT 9, Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) yang telah merintis usaha sejak tahun 2011 kami temui di kediamannya, Selasa (24/11/2020).

Perempuan ini terlihat tengah mengiris tipis adonan kerupuk bawang yang telah dibentuk, pasalnya mesin pemotong adonan andalannya tak lagi bisa digunakan lantaran telah rusak. 

Kata Sutinah, bahan yang digunakan campuran dari tepung gandum, tepung kanji, bawang putih, bawang merah, pewarna makanan dan bumbu lainnya. Dalam sehari ada 10 Kg kerupuk dibuat. "Kalau semua adonan sudah dipotong tipis, selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari. Kalau cuaca bagus 2 hari sudah kering," ujarnya.

Sutinah juga membuat rengginang, sejenis kerupuk tebal yang terbuat dari beras ketan, dalam sehari setidaknya ada 5 Kg rengginang dihasilkan.  

Biasanya kerupuk bawang dan rengginang buatannya dititipkan ke sejumlah pedagang yang berjualan di pasar Mangkurawang. "Untuk 1 Kg kerupuk mentah dijual seharga Rp 26 ribu dan rengginang itu per 1 Kg dijual Rp 40 ribu," rincinya.

Sudah banyak pula yang memesan kerupuk bawang buatannya dan beberapa diantaranya sengaja datang kerumahnya untuk membeli langsung. "Banyak juga yang mencari untuk dijadikan oleh-oleh bahkan dibawa sampai ke pulau Jawa," sambung Sutinah.

Yang patut ditiru, Sutinah tak pernah sungkan untuk berbagi resep dan ilmu kepada siapapun, bahkan ada diantara tetangganya kini memiliki usaha yang sama setelah belajar darinya. "Kalau rezeki kan masing-masing mas, Alhamdulillah sampai sekarang usaha saya bisa jalan terus," ucapnya.

Sementara suaminya Istiar juga tak tinggal diam, sang Kepala Keluarga setiap harinya membuat tape singkong. Sebelumnya ia bekerja di sebuah perusahaan, namun kontrak kerjanya tak lagi diperpanjang. "Setiap hari bikin 1 kwintal, singkongnya dari kebun sendiri, tapi ada juga yang dibeli dari warga sekitar, setidaknya kita berbagi rezeki sama mereka," tuturnya.

Sama seperti kerupuk bawang dan rengginang buatan istrinya, tape singkong olahan Istiar juga dititipkan ke beberapa pedagang. "Kalau cuaca lagi panas-panasnya bisa terjual sampai 250 mika," ungkapnya.

Pasangan suami istri ini pun berharap usaha rumahan yang dilakoni mendapatkan perhatian instansi terkait. "Untuk bantuan belum pernah dapat, saya juga belum pernah ikut pelatihan," timpal Sutinah. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top