IAGI Kaltim Tak Setuju Fosil Kayu Dipindahkan

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Kalimantan Timur (Kaltim), merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait perihal penemuan fosil kayu ulin di desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), beberapa waktu lalu.

Fosil kayu di desa Purwajaya
Foto: Istimewa
Ketua IAGI Kaltim, Fajar Alam, dalam telaah geologi yang disampaikan pekan lalu, menyampaikan beberapa harapan terkait temuan tersebut. Menurutnya, alam pedesaan, persimpangan jalan tambang, serta kawasan persawahan dan keberadaan fosil kayu di desa Purwajaya, bisa membuat kawasan tersebut layak dikembangkan sebagai desa wisata, atau bagian dari geowisata.

Karena itulah pihaknya tidak sependapat jika fosil kayu tersebut dipindahkan ke tempat lain, Fajar pun memberikan contoh di negara Thailand tepatnya di Amphoe Ban Tak (Ban Tak City), dilokasi ini terdapat kayu fosil yang berdasarkan catatan saat itu merupakan spesimen terbesar di Asia dan nomor 2 di dunia, dengan ukuran panjang 20 meter dan berdiameter 2 meter.

Sedangkan Fosil kayu di desa Purwajaya menurutnya, ukurannya melebihi fosil di Thailand dan berpeluang menjadi obyek wisata kelas dunia. "Namun dengan catatan fosil tersebut harus tetap berada pada tempatnya, dan dilakukan penataan kawasan, sehingga lokasi tersebut menjadi tempat tujuan wisata sebagaimana di Thailand," jelasnya.

Dikatakannya, Keberadaan fosil kayu tersebut harus dipertahankan berada di tempat aslinya, tidak dipindahkan ke tempat lain, karena dapat dijadikan sarana pembelajaran kebumian bagi segenap masyarakat, kalangan akademika dan profesional di Kalimantan Timur dan dunia, karena keunikannya yang berada dalam kondisi utuh, tidak seperti fosil kayu lainnya yang lazim ditemukan dalam kondisi tidak utuh atau terpotong.

"Sungguh kerugian luar biasa kalau temuan fosil kayu tersebut malah direncanakan dipindahkan, meski konon akan dimuseumkan di tempat lain, Bangun saja museumnya di tempat tersebut," tegasnya

Pemindahan fosil kayu ke tempat lain dan keluar dari lokasi semula dengan alasan apapun menurut Fajar, justru akan menghilangkan makna dari keberadaan fosil kayu tersebut, dan menyebabkannya tidak dapat dipelajari dengan baik.

Ia melanjutkan, IAGI Kaltim merekomendasikan agar ada penelitian lebih lanjut karena terbukti wilayah tersebut telah dikenal sebagai lokasi yang acapkali jadi tempat penemuan fosil kayu, utamanya dalam bentuk fragmen. 

"Daerah Purwajaya layak untuk diteliti lebih lanjut tentang potensi kekayaan fosil kayunya, karena berdasarkan informasi, daerah tersebut sudah beberapa waktu sebelumnya dijadikan salah satu lokasi rujukan pencarian fosil kayu oleh para penggemarnya," jelasnya lagi.

Fajar pun berharap kerja sama lintas lembaga maupun dinas terkait, seperti dinas Pertambangan dan Energi, Balai Pelestarian Cagar Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, maupun akademisi setempat (Universitas Mulawarman, Universitas Kutai Kartanegara) dan nasional, untuk mengamankan, meneliti serta mengembangkan kawasan tersebut sehingga bernilai ekonomi positif bagi masyarakat sekitar dan negara. (ekn)




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top