Sultan Kutai Beluluh di Hari Ke-5


Salah satu prosesi upacara adat yang menjadi bagian dari ritual pelaksanaan Erau Adat Kutai adalah Ritual Beluluh, prosesi ini dilaksanakan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang dimulai sebelum dan selama Erau berlangsung.

Ritual Beluluh yang dilakukan seorang Belian terhadap Sultan Kutai dan Putera mahkota dimaksudkan untuk memohon kepada yang maha kuasa guna membersihkan diri dari unsur-unsur jahat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Ritual ini dilaksanakan setiap hari pada pukul 16.00 WITA, Diawali dengan keluarnya Sultan Kutai Kartanegara Haji Adji Mohd Salehoeddin II dari dalam keraton menuju Balai atau tempat duduk mirip kursi setinggi tiga tingkat yang dibuat dari bambu kuning bertiang 41 buah yang berada diatas tambak karang melalui Molo atau guci kuningan yang berhias bunga, mayang kelapa dan mayang pinang yang terdapat di sebelah kiri dan kanan. 

Sesampainya di depan balai, Sultan menaiki balai dan duduk di tingkat ketiga persis di bawah hiasan daun beringin dan di belakangnya terdapat Balai Persembahan, sedangkan sebelah kiri dan kanan di pagari oleh Pangkon Dalam 7 bini dan 7 laki dan belian serta di setiap sudut terdapat Penduduk.

Saat Beluluh dimulai, Sultan biasanya didampingi kerabat dan salah satu putranya, kemudian Demong mengatur dewa laki meaksanakan Memang (Membaca mantera) dan Dewa Bini menghidupkan prapen (Menyalakan dupa). Selanjutnya Sultan di tutupi Kirab Tuhing (Kain kuning) diatas kepala di bawah daun beringin oleh dua orang pembantu di sebelah kanan dan dua orang di sebelah kiri. Kirab Tuhing di balik sebanyak tiga kali dan beras kuning di jatuhkan kebelakang.

Dewa Laki dan Dewa Bini bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap Sultan untuk memberi Tepong Tawar dengan air cindera mata dan air kembang di bagian telapak tangan kanan, kiri, lutut,kanan dan kiri dan betis kanan dan kiri dan di sekakan (Diusap) ke wajah. 

Pada prosesi beluluh yang berlangsung Kamis (11/06) sore, salah satu tamu rombongan dari Pemprov Jawa Timur mendapat kehormatan dari Sultan untuk melaksanakan ritual Ketikai Lepas, selanjutnya Sultan kembali masuk kedalam keraton, sedangkan para abdi keraton kemudian membawa beras tambak karang yang berada didalam tikar untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir, beras aneka warna ini menjadi rebutan warga karena dianggap mempunyai berkah. (ekn)



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top