436 Hektar Lahan Tanaman Buah Naga di Samboja Terserang Penyakit

Kabid Produksi Tanaman Holtikultura (kanan) saat melihat kondisi buah naga yang terserang penyakit di Samboja
Foto: F. Zabady

Sebanyak 436 hektar atau sekitar 80 persen lahan tanaman buah naga di desa Bukit Merdeka, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar) saat ini terserang penyakit yang belum diketahui persis penyebabnya. 

Hal ini menyebabkan tingkat produksi buah naga termasuk omzet para petani semakin menurun hingga tidak ada lagi yang melakukan aktifitas di kebun. Bahkan sejumlah lahan buah naga di kecamatan tersebut banyak yang mati. 

Sugeng, salah satu petani buah naga mengaku bingung dengan serangan penyakit yang tidak diketahui asalnya itu dan berharap ada bantuan dari pihak terkait.

"Kami sangat berharap sekali bantuan pihak pemerintah atau dinas terkait, terutama untuk mencari solusi penangkalan penyakit yang menyerang buah naga," tuturnya

Sementara itu Pemkab Kukar melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura terus melakukan pemantauan serta pendampingan terhadap sejumlah petani buah naga. Instansi ini akan mencari pola yang tepat untuk memutus mata rantai serangan penyakit tersebut, sehingga pertanian buah naga tetap terjaga dan menjadi budidaya sehat.

"Kita terus melakukan pendampingan-pendampingan bersama instansi terkait dan terus mendorong para petani ini mencari solusi-solusi yang cocok," ujar Kabid Produksi Tanaman Holtikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kukar, Syahrianto.

Terpisah, pengamat hama penyakit UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan Holtikultura (TPH), Kalimantan Timur, Teguh, menilai, wilayah Kukar memiliki iklim tropis basah sehingga tanaman buah naga berpotensi terkena serangan jamur.

"Tahun kemarin kami sudah mengadakan survey land dengan pihak UPTD Balai Proteksi Kaltim, dan sudah diketahui baik hama maupun penyakitnya. Cuma sekarang yang jadi masalah fungisida apa yang tepat guna untuk mengatasi masalah yang terjadi pada buah naga ini," terangnya.

Meski instansi terkait telah berupaya mengatasi serangan penyakit dengan memberikan trichoderma untuk mengendalikan serta melawan laju fusarium atau bakteri pada tanaman buah naga, namun belum berhasil sepenuhnya dikarenakan adanya perubahan iklim yang sulit diantisipasi.

Serangan penyakit ini diketahui sudah berlangsung sejak 2014 silam, namun sejumlah petani masih bisa mengatasinya dan juga melakukan panen, akan tetapi tetap saja para petani buah naga dibuat resah.

Pada tahun 2009 hingga 2015 para petani bisa meraup keuntungan dan pemasukan yang besar, karena pertanian buah naga di sejumlah desa di kecamatan Samboja menjadi sentra buah naga terbesar dan mampu memasok untuk kebutuhan pasar lokal maupun beberapa wilayah nusantara

Kini penghasilan petani buah naga mengalami penurunan yang drastis dan harus segera dipecahkan masalahnya, sehingga pertanian buah naga di kecamatan Samboja bisa berjalan kembali seperti biasanya. (end/fz)










Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top