Kadispar Dorong Pengembangan Kearifan Lokal di Desa Kersik

Kadis Pariwisata Kukar Sri Wahyuni mendorong pengembangan kearifan lokal di desa wisata Kersik
Foto: Endi

Meski desa Kersik, kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar) telah ditetapkan sebagai desa wisata, pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata (Dispar) terus mendorong warga masyarakat setempat agar menggali dan mengangkat kearifan lokal yang ada di desa ini.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kukar, Sri Wahyuni, saat memberikan pembekalan pengembangan kepariwisataan desa wisata di gedung BPU desa Kersik, Pantai Biru, pekan lalu. 

Menurut Sri, sebagai desa wisata, masyarakat harus melakukan pengembangan pengelolaan, sehingga pengunjung yang datang ke pantai biru Kresik tidak hanya menikmati pantainya saja, tapi juga suasana wisata desa.

"Karena ini desa wisata maka kedatangan pengunjung perlu di edukasi tentang kearifan lokal yang ada di desa ini dan diperkenalkan jenis-jenis kearifan lokal apa saja yang ada, itu yang kita dorong agar kemudian digali dan diangkat serta diperkenalkan kepada pengunjung," ujarnya.

Sri yang didampingi Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Witontro, dan Kasi Pengembangan Destinasi Wisata, Antoni Kusbiantoro, berharap, dengan memperkenalkan kearifan lokal, maka pengunjung yang datang ke pantai biru bisa membawa pulang cerita tentang desa Kersik. 

"Apakah itu dari sejarahnya, kulinernya,maupun potensi yang dimiliki, misalnya tentang kuliner khas yang dimiliki oleh desa Kersik yaitu nasi pecak yang dimakan dengan bahan dasar laut yakni oseng-oseng kerang dan juga sate keong yang dicocol dengan bumbu kacang," ucapnya.

Potensi keunikan lokal inilah, kata Sri, yang bisa dijual kepada publik, sehingga pengunjung bukan hanya berwisata ke pantai tetapi juga mendapatkan nilai luhur tentang kearifan lokal yang diperkenalkan oleh masyarakat desa Kersik.

"Yang kedua kita mendorong pengelolaan pantai melalui investor, hal ini dimungkinkan sekali. Kita berharap pemberdayaan masyarakat menjadi lebih utama dari kapitalisme, karena ini desa wisata, kita ingin yang menggerakan desa ini adalah masyarakat setempat," tuturnya.

Sebagai tuan rumah desa wisata, lanjut Sri, masyarakat harus bisa memberikan dukungan, mulai dari menerapkan sapta pesona, kemudian bersama-sama ikut merencanakan dan menyepakati pengelolaan dan pengembangan desa Kersik sebagai salah satu alternatif destinasi wisata.

"Jadi desa wisata itu yang dijual keunikan desanya, keramahtamahan, termasuk hal yang tidak bisa dipelajari dan didapatkan di kota. Desa Kersik sudah bisa dilauncing sebagai desa wisata, dan jika dilihat dari tingkat kunjungan ini sudah layak, tetapi kita berharap ada nilai yang bisa di jual disini," bebernya.

Dengan demikian, sambung Sri, pengunjung yang datang ke desa Kersik bisa mendapatkan, pengalaman. Ia pun berharap hal itu bisa dikelola melalui paket wisata. 

"Misalnya paket wisata itu selain aktivitas di pantai, pengunjung juga bisa belajar memelihara ikan di empang, karena di desa Kersik punya empang, jadi bisa mengikuti proses memanen bandeng, itu bagian unsur edukasi yang tidak didapatkan di perkotaan," cetusnya.

Dinas Pariwisata terus mendorong kreativitas masyarakat setempat termasuk dalam sinergi program, terlebih dengan kondisi Kukar yang kini mengalami defisit keuangan. "Tentu kita perlu mencari jalan keluar bagaimana kendala yang kita hadapi bisa diselesaikan, misalnya dengan menggandeng perusahaan untuk membantu pengembangan desa wisata." imbuhnya.

Ditambahkan Sri, pihaknya juga mendorong pengembangan pasar desa wisata oleh masyarakat dan stakeholder setempat, sehingga ketika kearifan lokal desa sudah di inventarisir, maka selanjutnya adalah pendokumentasian yang dibuat secara tertulis atau dalam bentuk buklet.

"Dokumentasi bisa dibuat dari cerita atau legenda, itu bisa dipromosikan, misal desa Kersik ini dulu sejarahnya diambil dari nama apa, termasuk mengenalkan pantai biru melalui filosofis kehidupan masyarakatnya," tandas Sri. (end)









Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top