Tim FCPF Thailand Studi Visit Pengelolaan Hutan di Muara Siran

Pj Sekda HM Sukshrawardy bersama Tim FCPF Thailand yang akan melakukan studi visit di Kukar
Foto: Endi

Dalam rangka studi visit and change knowladge on REDD+ implementation di Indonesia, Tim FCPF (Forest Carbon Partnership Facility) Thailand, melakukan pertemuan di ruang eksekutif kantor Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Selasa (18/09).

Kedatangan pimpinan delegasi pemerintah Thailand beserta rombongan yang didampingi Kepala SubDIT REDD+, Direktorat Mitigasi Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, serta Ketua Tim REDD+ Kalimantan Timur (Kaltim), disambut langsung oleh Pj Sekda Kukar HM Sukhrawardy S.

Kepala SubDit REDD+,Direktorat Mitigasi, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Novia Widyaningtyas, mengatakan, kedatangan delegasi Thailand terkait dipilihnya Kaltim khususnya Desa Muara Siran, Kecamatan Muara Kaman, sebagai lokasi pilot project REDD+ dibawah program FCPF.

"Kegiatan ini disupport oleh suatu kegiatan kerjasama yang disebut Forest Carbon Partnership Facility Program yang mitranya adalah World Bank bekerjasama dengan Badan Litbang Kehutanan," bebernya. 

Ditilik dari sejarahnya, Indonesia dan Thailand sudah bersahabat cukup lama dibawah Asean khususnya untuk isu kehutanan dan pengelolaan sumber daya alam.

"Studi visit and knowledge ini fokus pada kegiatan REDD+ implementation. Jadi bagaimana rekan-rekan di Katim terlebih di Kukar melakukan upaya-upaya yang mengarah pada penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan," kata Novia.

Ia mengatakan, dalam studi visit ini ada 16 orang dari Thailand yang berlatar belakang level teknis atau bertugas di lapangan. "Jadi akan pas sekali mereka ke Muara Siran untuk bertukar pikiran tentang bagaimana pengelolaan sumber daya hutan," ucapnya.

Selain ingin melihat praktek dalam pengelolaan hutan, Tim PCPF Thailand juga akan melihat sisi sosial dan budaya serta mengeksplore lebih lanjut Desa Muara Siran dan sekitarnya.

"Mereka nanti akan membaur dengan masyarakat setempat supaya lebih mendalami bagaimana pengelolaan sumber daya alam khususnya hutan oleh komunitas atau masyarakat secara lestari," ungkap Novia lagi.

Sementara itu, Pj Sekda HM Sukhrawardy S, menyambut baik kegiatan kunjungan lapangan ini dalam rangka pertukaran pengetahuan tentang pelaksanaan REDD+ khususnya di Muara Siran, yang merupakan bagian dari kawasan konservasi lahan gambut sebagaimana ditetapkan oleh Pemkab Kukar pada tahun 2013 lalu.

"Penetapan kawasan konservasi ini merupakan komitmen pemerintah kabupaten terhadap perubahan iklim, yakni turut berupaya melakukan penurunan emisi gas rumah kaca melalui pengelolaan, pelestarian dan perlindungan lahan gambut. Selain itu, kebijakan ini terkait pula dengan upaya pemantauan dan pengendalian lahan gambut serta upaya pengembalian ekosistem dan keanekaragaman hayatinya," ujarnya.

Dilanjutkannya, sebagai salah satu lokus kawasan konservasi gambut, Pemerintah Desa Muara Siran telah mengambil langkah-langkah terkait dengan pelestarian dan pengelolaan lahan gambut dengan pendampingan dari Tim REDD+ maupun para aktivis lingkungan lainnya.

"Diantaranya melalui perencanaan tata ruang desa yang menyokong kebijakan kawasan konservasi gambut serta pendirian BUMDES selaku pengelola kekayaan sumber daya alam Muara Siran yang sejalan dengan kebijakan konservasinya," kata Sukhrawardy. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top