Budidayakan Madu Kelulut, Suwondo Kewalahan Penuhi Pesanan

Suwondo mengambil madu murni dari salah satu kloni atau box kelulut yang dibudidayakannya
(Foto: Endi)

Buddidaya lebah kelulut (lanceng) dapat ditemukan di Desa Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar).

Salah satu pemilik ladang ternak kelulut yang kami temui bernama Suwondo. Sehari-hari mengabdi sebagai Sekretaris Desa (Sekdes) Bhuana Jaya. Saat ini ada 75 koloni atau box dari beberapa jenis kelulut di kebun belakang rumahnya.

Lebah kelulut mengandalkan nektar alami sebagai sumber pakan yang berasal dari vegetasi alam sekitar, seperti serbuk sari dari bunga rambutan, randu, durian, matoa, serta tanaman penghasil bunga sepanjang tahun, diantaranya belimbing, pisang dan kelapa. 

"Atau yang kita rekayasa seperti bunga air mata pengantin, santos, porana atau kaliandra. Jadi bukan merekayasa seperti dikasih larutan gula, kita benar-benar mengandalkan nektar alam. Semakin baik vegetasinya, maka madu yang dihasilkan akan lebih maksimal," ujar Suwondo saat ditemui media ini, Kamis (19/11/2020) lalu.

Panen madu kelulut biasanya per 3 bulan, untuk 1 koloni jika tidak sedang musim bunga hanya menghasilkan sekitar 500 ml atau setengah liter. Namun madu yang dipanen bisa mencapai 1 liter saat musim bunga tiba. 

Diungkapkannya, tahun 2012 - 2013 dirinya kerap mencari literatur ataupun tutorial ternak kelulut setelah terinspirasi tontonan serial televisi Upin dan Ipin. Bisa dikatakan Suwondo merupakan pioner budidaya lebah tanpa sengat (Trigona) di Kaltim. Lalu mulai fokus di tahun 2014 - 2015 hingga sekarang. Ladang ternak kelulut miliknya pun menjadi tujuan ekowisata dan edukasi bagi masyarakat umum serta kalangan akademisi.

"Ada juga yang mengambil penelitan disini untuk disertasi program S3, sampel yang diambil mulai dari madunya, propolisnya dan bee pollen," ucap pria yang tak sungkan memberikan pelatihan budidaya kelulut.

Jika ingin membeli madu kelulut murni bisa langsung berkunjung ke kediaman Suwondo
(Foto: Endi)

Sebagai informasi, jejak penyandang gelar Sarjana Ekonomi ini dalam mengembangkan lebah kelulut sudah diikuti oleh sekitar 15 orang lebih warga setempat.

"Setelah 2014 itu perkembangannya semakin pesat, saya kemudian mengajak komunitas warga disini untuk ikut membudidayakan, karena setidaknya kalau kita butuh gizi dari madu tidak perlu beli," tuturnya.

Untuk harga madu kelulut dijual Rp 1.000 per 1 ml. Dipasarkan dalam kemasan mulai dari 100 ml (Rp 100 ribu), 250 ml (Rp 250 ribu), 300 ml (Rp 300 ribu) hingga ukuran setengah liter. 

"Dari referensi yang saya dapat, di Malaysia harganya malah lebih mahal," kata Suwondo yang banyak mempelajari budidaya kelulut dari negeri tetangga melalui youtube.

Kini semenjak produksi madu kelulut dikenal dan dipasarkan melalui media sosial, ia mulai kewalahan memenuhi pesanan.

"Kemarin ada pesanan dari staf Kementerian Lingkungan Hidup sebanyak 9 lusin kemasan 250 ml, tapi saya hanya bisa memenuhi 2 lusin, sisanya dari komunitas saya. Jadi belum bisa memenuhi permintaan secara umum karena produksi saya masih rendah," imbuhnya.

Jika belum berkesempatan datang langsung ke ladang ternak kelulut milik Suwondo, madu murni hasil produksinya dapat dipesan melalui nomor 0821582 0251. (end)

1 comments:


Top