Inilah Penjelasan Ilmiah Terbentuknya Fosil Ulin di Desa Purwajaya


Penemuan fosil ulin sepanjang 40 meter, dengan diameter 1,5 meter, dan masih utuh berbentuk batang kayu, di Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), beberapa waktu lalu, masih terus menyita perhatian masyarakat. Temuan ini dianggap istimewa, karena fosil kayu masih utuh dan memiliki panjang puluhan meter. Sebab, Fosil kayu yang biasa ditemukan, kondisinya relatif sudah membentuk fragmen atau patahan batang, dan tidak dalam kondisi utuh.

Ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) Pengurus Daerah Kalimantan Timur (Pengda-Kaltim), Fajar Alam, mengatakan, Fosil kayu tersebut sebelumnya berada di dalam tanah berkedalaman 2 - 3,5 meter dengan material berupa batu pasir berukuran butir sedang hingga kasar, dan di lapisan yang lebih bawah berkembang menjadi batu pasir konglomeratan dengan fragmen berukuran kerikil - kerakal.

Fosil kayu tersebut dikatakannya, saat ini dalam keadaan rebah atau mendatar, berarah relatif N 67 E, dengan beberapa bagian dalam kondisi sudah terganggu atau terpotong akibat kegiatan pengambilan sebagian tubuh kayu fosil tersebut. Sisi luar atau yang sebelumnya merupakan bagian dari kulit batang, berwarna abu-abu kecoklatan, dan sebagian sisi bagian dalam batang yang tampak oleh karena aktivitas pengambilan sampel, berwarna abu-abu kehitam-hitaman.

"Gurat kulit kayu, urat kayu dan lingkar tahun masih bisa teramati dengan baik dari fosil kayu tersebut, Pada saat pengukuran dilakukan di lokasi, panjang terukur yakni 25,8 meter, dengan diameter batang bawah mencapai 0,95 meter dan diameter batang atas mencapai 0,67 meter, dan berdasarkan observasi ahli kehutanan yang ikut dalam kegiatan, fosil kayu tersebut merupakan batang kayu ulin atau disebut juga Eusideroxylon zwageri," ujarnya.

Menurutnya, terbentuknya fosil kayu ini diperkirakan sekitar 12 juta hingga 5 juta tahun lalu, dengan memperhatikan umur relatif dari formasi geologi yang melingkupi tubuh fosil kayu tersebut, yang merupakan bagian dari formasi Prangat.

"Hipotesis sehubungan dengan terbentuknya fosil kayu tersebut dapat dijelaskan, yakni, Kayu ulin tersebut suatu ketika tumbang tatkala aliran sungai yang tak jauh dari tempat kayu ulin tersebut tumbuh, berubah arah dan menggerus keberadaan tanah di mana pohon kayu ulin tersebut tumbuh, Pohon kayu ulin tersebut kemudian tumbang dan dalam tempo relatif singkat, terlingkupi oleh endapan sungai maupun lapisan lain di atasnya, yang lebih halus butirannya," jelasnya.

Fajar menambahkan, Seiring waktu, mineral silika (SiO2) yang banyak menyusun batu pasir yang ada tersebut, larut perlahan dan mengisi pori batang kayu ulin hingga akhirnya kayu tersebut terkersikkan (petrified wood), kaya silika dan membatu.

Seperti diketahui, penemuan fosil kayu ulin ini sebelumnya ramai diberitakan diberbagai media, bahkan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dan Ketua DPRD Kukar, Salehoeddin SSos Sfil saling angkat bicara, padahal menurut Gandi salah satu warga desa Purwajaya, fosil tersebut sudah ditemukan sejak 15 tahun lalu, namun saat dilaporkan tidak mendapat tanggapan.

Gandi mengatakan, posisi temuan fosil kayu ulin berada di Jalan Poros Samarinda-Balikpapan, persisnya di kilometer 5. Lokasi fosil berada di dalam hutan, 2,5 kilometer dari jalan poros dengan posisi terpendam tanah. "Karena fenomena fosil ulin kini menjadi tren, barulah fosil tersebut kembali digali warga secara beramai-ramai, dulu belum ada yang tahu potensi fosil kayu ini," terangnya. (ekn)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top