Kontes Fosil Ulin , Angkat Derajat Pengrajin Batu


Kerumunan warga kerap terlihat memadati lapangan basket yang berada di samping Masjid Al-Falah Kelurahan Melayu, Tenggarong, Dilokasi ini ternyata terdapat 84 pengrajin aneka jenis batu cincin, baik dalam bentuk sudah jadi maupun yang masih berbentuk bongkahan.

Antusiasme warga kian bertambah dengan digelarnya Kontes batu fosil khas Kutai, Kontes ini diikuti oleh sekitar 300 orang peserta, Pesertanya tidak hanya dari masyarakat lokal saja, bahkan ada yang datang dari kota Jakarta dan Yogyakarta. 

Kontes batu fosil khas Kutai dan pameran batu Nusantara ini diselenggarakan untuk menyemarakkan Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF) 2015, Hasil kerja sama Sempekat Keroan Kutai (SK2) Kutai kartanegara, dengan forum pemerhati batu, pecinta dan pengrajin batu yang ada di Kukar. 

Aneka batu cincin diserbu pembeli
Foto: Endi
Ketua Panitia pelaksana yang juga Sekretaris Dewan Pembina SK2, S Fathullah SSos MM, saat kutaikartanegaranews temui, Senin (08/06) sore, mengatakan, Sejak kontes tersebut dibuka pada Sabtu (06/06) lalu, warga masyarakat terlihat silih berganti memadati tenda-tenda pengrajin batu, Ia pun sangat bersyukur dengan dilaksanakannya acara ini, karena bisa mengangkat derajat ekonomi pengrajin, dan bisa memberikan efek ekonomi kepada masyarakat.

Dari pantauan serta komunikasi dengan para pengrajin batu, Fathul tidak menemukan adanya keluhan selama pameran tersebut digelar, “Semuanya wajah-wajahnya senyum cerah, itu menandakan bahwa mereka mendapat keuntungan dari acara ini, kami bersyukur, “ungkapnya.

Ia pun meyakini jika kontes batu ini bisa lebih berkembang, “Kami sangat optimis bahwa kontes batu khas kutai ini akan terus berlanjut, terutama yang kami harapkan adanya kreasi-kreasi dari para pengrajin, karena kalau berkutat pada cincin saja biasanya akan ada kejenuhan, Tapi kalau kita mampu berkreasi lebih lanjut lagi, mungkin itu akan jadi nilai tambah secara ekonomi, itu harapan kita, “ tutur pria yang akrab disapa Fathul ini.

Aneka fosil yang dipamerkan
Foto: Endi
Kedepannya, Fathul berharap kontes batu yang diadakan lebih kepada kreasi-kreasi dan inovasi, karena itu pihaknya akan segera mempatenkan batu ulin, karena batu khas Kutai ini bahan bakunya paling banyak diantara batu-batu fosil yang lain, hak paten tersebut menurutnya untuk mengantisipasi jika ada pihak lain yang ingin mengklaim batu khas kutai tersebut.



“Sesuai judulnya, Maka dengan acara ini kita canangkan batu khas Kutai adalah batu Ulin, supaya menjadi Ikon dan berdampak kepada pariwisata, dan dengan kreasi-kreasi nantinya bisa berdampak kepada menumbuhkembangkan sentra ekonomi pengrajin-pengrajin atau UKM,” ujarnya.

Dikatakannya, meski pameran ini bertemakan batu khas Kutai yakni batu ulin, namun karena proses untuk mempatenkan batu tersebut butuh waktu, maka untuk meramaikan kontes pihaknya juga mengundang batu-batu diluar fosil yang disebut batu nusantara. “Jadi ada dua kategori, batu fosil khas kutai berupa Leban, Ulin, Meranti, dan Bengkirai, itu yang kami anggap fosil dari kayu, karena sudah melalui proses 4 ribu tahun untuk menjadi batu, Sedangkan batu nusantara kategorinya, Kecubung, Panca warna, Red borneo, dan lain-lain,” jelasnya.

Walaupun belum ada dukungan secara finansial dari pemerintah daerah, namun Fathul yakin kontes fosil ulin ini tetap berjalan dengan dukungan dari berbagai pihak. “Kami iuran sama-sama untuk fasilitas sewa tenda, listrik, kebersihan dan lainnya, Alhamdulillah kalo memang nantinya pemerintah daerah mau turun tangan membantu, kalaupun tidak, ya peribahasanya biar tekor asal kesohor,” kelakarnya. 

Fathul menambahkan, Kontes batu fosil khas Kutai dan pameran batu Nusantara ini akan berakhir pada Jum’at 12 Juni mendatang, sedangkan penilaian kontes dilaksanakan oleh 3 orang juri, untuk pengumuman pemenang direncanakan, selambat-lambatnya Rabu (10/06) besok . (ekn)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top