Dikritik Soal MLTR, Manajer Rock In Borneo Beri Jawaban Tegas

Grup musik Michael Learns To Rock akan tampil sebagai Line up di Rock In Borneo, Sabtu, 26 Maret 2016
Foto: Michael Learns To Rock/Instagram

Event Gratis, Yang suka tinggal datang dan diam di rumah jika tak suka

Manajer Rock In Borneo (RIB), Akbar Haka, baru-baru ini merespon berbagai komentar dan kritikan terkait didatangkannya grup musik asal Denmark, Michael Learns To Rock (MLTR) ke kota Tenggarong pada bulan Maret mendatang.

Nama MLTR terangnya, diputuskan berdasarkan hasil survey silang di sosial media dan sampel acak kuisioner. Selain itu kehadiran grup musik yang baru saja tampil di 3 kota di Indonesia pada bulan Februari lalu, juga untuk memberikan sesuatu yang berbeda.

"Tahun ini kami sengaja membuat crossing genre pengisi line up seperti berani mengambil resiko menghadirkan Michael Learns To Rock untuk memperlebar market crowd yang bakal hadir. Kami juga mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya dengan menghadirkan Steven Jam (Reggae) dan beberapa nama seperti Revenge the Fate, Taring, Hellcrust dan juga Power Slave," ujarnya.

Akbar mengatakan, Sejak gaung kedatangan MLTR, banyak pertanyaan dan komentar yang ditujukan kepada pihak penyelenggara. "Komentar yang kami terima, Kenapa ada Reggae, ini acara musik Rock atau apa. Kenapa harus MLTR, Genrenya kenapa main campur campur kayak rendang," tuturnya.

Akbar lantas menceritakan kilas balik saat Kukar Rockin Fest (KRF) pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012. "Pada tahun pertama kami mendatangkan Sepultura, komentar yang kami terima, kok Sepultura. Kan gak semua orang tau lagu-lagunya. Padahal masih banyak band-band bagus yang lebih familiar lagu-lagunya agar penonton gak bete dan pulang lebih awal," ucapnya.

Lalu pada tahun ketiga lanjutnya, Saat line up KRF diisi oleh Burgerkill, Seringai, Down For Life, dan Power Metal, komentar yang masuk mempertanyakan mengapa hanya band tersebut yang tampil, sebab menurut netizen masih banyak band-band metal dan cadas di Indonesia.

Pada tahun berikutnya sambung Akbar, Penyelenggara menampilkan line up yang diisi oleh Jasad, Noxa, Deadsquad, Revenge, dan Koil. Lagi-lagi kritikan bernada tidak puas kembali diterima panitia. "Komentar yang masuk saat itu, Kenapa band cadas semua sih, kenapa lebih banyak death metalnya. Ini kan acara musik Rock, kok banyak band metalnya," tukasnya.

Bahkan di tahun 2015 saat grup band sekelas Firehouse didatangkan, berhembus kabar jika penggemar metal pulang dan tidak mau menonton. "Namun kenyataannya 70 ribu penonton justru memadati venue tahun lalu," terangnya lagi,

Padahal menurut Akbar, untuk event gratis seperti Kukar Rockin Fest yang kini berganti nama menjadi Rock In Borneo, penonton cukup datang dan menikmati saja. "Yang suka tinggal datang dan diam di rumah jika tak suka, dari pada membuang energinya untuk berkomentar. Jadi memang benar hikayat manusia itu tidak pernah ada puasnya," katanya lagi.

Ditambahkannya, Rock In Borneo lebih baik di tonton sedikit orang yang bermental perduli akan perkembangan musik Indonesia."Daripada di tonton Rocker-Rocker palsu bermodalkan t-shirt hitam bergambar band yang dia sendiri tak pernah tau lagunya yang mana, dan tak pernah santun terhadap musik lain di sekitarnya," tegas Akbar. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top