Rumput Laut Bisa Jadi Benteng Ekonomi Masyarakat Pesisir

Petani rumput laut saat panen di tambak yang berada di sekitar sungai Sumbala, kecamatan Muara Badak
Foto: Endi

Budidaya rumput laut jika dikembangkan secara serius bukan mustahil akan menjadi benteng ekonomi di pesisir Kukar khususnya di kecamatan Muara Badak. Apalagi di wilayah ini terdapat kurang lebih 1.200 sampai 2.000 hektar lahan tambak rumput laut. 

Salah satu pemilik gudang sekaligus pengepul hasil panen rumput laut di Muara Badak, Subhan, mengatakan, komoditi rumput laut merupakan prospek usaha yang menjanjikan bagi para petani tambak di kecamatan ini.

"Rumput laut ini adalah benteng ekonomi masyarakat pesisir, karena kalau di Muara Badak saja banyak yang membudidayakan rumput laut, saya yakin ekonomi bahkan serapan tenaga kerja saja kita mesti mendatangkan dari luar," ujarnya.

Ia pun mengungkapkan jika saat ini dirinya termasuk salah satu pengusaha yang harus mendatangkan pekerja dari luar Kaimantan. "Sekarang saja kami mulai dari pemanen sampai teknisi tambak itu kami harus mendatangkan dari luar, karena edukasi dari masyarakat lokal masih kurang, mereka belum sampai kepada pemahaman meningkatkan kualitasnya," ucapnya.

Dikatakan Subhan, kapasitas gudang miliknya saat ini hanya mampu menampung hasil panen selama satu bulan sebanyak 100 ton, bahkan jika cuaca bagus, rumput yang telah panen dan dikeringkan akan memenuhi gudang dalam satu minggu.

Untuk pengiriman hasil panen rumput laut, lanjutnya, saat ini masih dikirim ke packing house di salah satu daerah di Sulawesi Selatan. "Ada dibeberapa daerah seperti di Paloppo, kalau di Bone itu ada pabrik yang produksi setengah jadi dalam bentuk tepung," jelasnya.

Dari hasil produksi setengah jadi itu, kata Subhan, rumput laut selanjutnya dikirim ke negara-negara di Asia seperti ke Jepang dan Cina.

"Dalam satu bulan kami bisa mengirimkan seratus ton rumput laut, begitu pula dengan teman-teman pengepul yang lain kurang lebih seperti itu, kalau cuaca mendukung malah bisa 150 sampai 200 ton," sambungnya lagi.

Dengan hasil pengiriman sebanyak itu, Subhan dan pengepul lainnya seharusnya sudah memiliki pabrik sendiri di Muara Badak, namun menurutnya hal itu belum memungkinkan. "Seharusnya kami sudah memproduksi sendiri dalam bentuk setengah jadi disini, artinya tidak perlu lagi kedaerah lain sehingga prosesnya cukup disini saja," tukasnya.

Salah satu pengepul rumput di Muara Badak, Subhan (kiri ujung) dan tumpukan karung hasil panen di gudangnya

Bahkan kini permintaan stok rumput laut di pasaran terus meningkat dan hanya mampu dipenuhi setengahnya saja. "Permintaan dari luar tidak pernah cukup, seperduanya saja kami penuhi itu sudah lumayan," ungkap Subhan.

Subhan menyebutkan, untuk mendirikan pabrik, minimal harus memproduksi seribu hingga dua ribu ton rumput laut per bulannya. "Kalau saya sih tergantung lahannya saja, kalau lahannya sudah ada saya bisa memproses sampai seribu ton perbulan," tandasnya.

Namun Subhan sudah melakukan peninjauan ke jumlah titik untuk pendirian pabrik, menurutnya minimal harus ada sumber air yang cukup disekitar pabrik. "Pabrik itu harus memiliki sumber air tawar yang banyak untuk proses pencucian rumput laut, karena sebelum diproses harus dibersihkan lebih dahulu," tukasnya.

Harga beli rumput laut ke petani ujar Subhan, saat ini mengikuti perkembangan harga di pasaran yakni dikisaran harga Rp 5 ribu perkilo. "Harga standar ideal untuk petani dijaga kisaran lima ribu sampai enam ribu, itu petani sudah dalam tahap sejahtera, keuntungan ini sudah termasuk upah pekerja dan biaya operasional lainnya," rincinya.

Bagi yang ingin memulai usaha budidaya rumput laut ini, Subhan meyakinkan jika hanya perlu mengeluarkan modal awal, selanjutnya setelah rumput laut ditebar di tambak, maka dalam waktu 45 hari sudah ada hasilnya dan bisa terus dipanen.

"Jadi misalnya minggu ini mereka panen di petak ke empat, maka petak kelima sudah siap panen lagi, jadi tidak putus, setiap minggu mereka bisa ada penghasilan tetap, atau diatur bulanan juga bisa," imbuhnya.

Usaha tambak rumput laut tambah Subhan, semakin dilirik, apalagi banyak petani di daerahnya mulai beralih ke bidang usaha ini. "Teman-teman petambak sudah mulai beralih ke rumput laut, karena komoditi lain sudah agak sulit," demikian dijelaskannya. (end)






Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top