Ketua ASPROV PSSI Kaltim Ingatkan Pentingnya SSB di Kukar Terdaftar di ASKAB

Ketua ASPROV PSSI Kaltim Yunus Nusi memberikan sambutan di kongres biasa ASKAB Kukar
(Foto: Endi)

Ketua Asosiasi Provinsi (ASPROV) PSSI Kaltim Yunus Nusi meminta agar pemilik Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kutai Kartanegara (Kukar) mendaftarkan diri di tingkat kabupaten.

Ini disampaikannya saat memberikan sambutan pada kongres biasa yang diselenggarakan ASKAB PSSI Kukar, di aula gedung Bappeda Kukar, Kamis (11/03/2021).

Baca JugaASKAB PSSI Kukar Selenggarakan Kongres Biasa 2021

"Ini dalam rangka untuk inventarisasi dan dukungan secara organisasi kepada mereka," kata pria yang juga menjabat Plt Sekjen PSSI.

Diungkapkannya, SSB di Indonesia banyak yang "liar" dalam mengikuti kejuaraan atau turnamen-turnamen. 

"Mereka tidak terorganisir sehingga kasihan para muridnya atau para pemainnya," ujar Yunus.

Pihaknya telah melarang dan tidak merekomendasikan penyelenggaraan beberapa turnamen yang dibuka pada hari Jumat dengan jumlah peserta 24 - 30 pemain, sementara penutupan turnamen pada hari Minggu atau hanya berselang 1 hari. 

"Tentu kawan-kawan pelatih paham tentang hal itu, karena sangat tidak baik untuk anak-anak dan biasanya selalu diikuti oleh SSB itu sendiri. Ini bukan pembinaan sepak bola yang berkelanjutan atau berjangka panjang tetapi itu membunuh para pemain anak-anak kita kedepan," ucapnya.

Padahal menurutnya anak-anak usia 16 tahun kebawah memiliki masa-masa pertumbuhan dan kesenangan untuk menjadi seorang pemain sepak bola, namun justru diberikan target untuk menjadi juara dan bekerja keras.

"Kita sudah melihat dibeberapa daerah dan sudah mendiskusikan ini karena sudah banyak laporan dan akhirnya ada kesimpulan bahwa kita harus mengingatkan sekolah sepak bola termasuk pelatih-pelatih," beber Yunus.

Ia memberikan contoh banyaknya persoalan menyangkut sengketa pemain seperti yang terjadi di pulau Jawa, dimana ketika pemain berbakat yang dimiliki oleh ASKAB atau akademi tiba-tiba dicomot oleh klub profesional.

"Ketika sudah 5 tahun dibina oleh SSB atau akademi tiba-tiba sudah menjadi pemain bagus diambil oleh klub-klub profesioal Liga 1, Liga 2 atau Liga 3 tanpa ada kompensasi, kasihan pelatihnya, kasian SSB-nya, dan pasti pemainnya akan mau ketika diambil oleh klub-klub profesional " ungkapnya.

Berkaca dari persoalan itulah Yunus mengingatkan pentingnya SSB yang terdaftar dan terafiliasi agar PSSI bisa melakukan advokasi terhadap pemain milik sekolah atau akademi sepak bola.

"Sehingga (PSSI, Red) bisa membela SSB agar klub-klub profesional tidak seenaknya mencomot dengan gratis pemain-pemain yang telah dididik," tegas Yunus. (end) 

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top