Apresiasi Karya Seni, Yayasan Lanjong Persembahkan Membaca Purnama #2

Salah satu karya seni yang ditampilkan dalam pementasan Membaca Purnama #2 di Ladaya Tenggarong
Foto: R Hidayat

Sukses menggarap pementasan seni Membaca Purnama pada bulan September 2016 lalu, Yayasan Lanjong Kutai Kartanegara (Kukar) kembali menggelar Membaca Purnama #2 yang bertajuk Jangan Ada Teater di Antara Kita.

Pementasan ini dilaksanakan di halaman Ladang Budaya (Ladaya) dan panggung amphi teater pada Rabu (30/11) malam. Di awali dengan menyanyikan mars, persembahan seni tari dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Kaltim, dan juga teater monolog oleh seniman Yayasan Lanjong.

Ketua panitia Membaca Purnama #2, M Juniansyah, mengatakan, pementasan tersebut merupakan apresiasi seni yang bertujuan untuk mengangkat karya seni teater dari para seniman.

"Kebetulan teman-teman Lanjong lagi ujian naskah monolog berjudul melawan lupa yang ditulis oleh Asep Zamzam Nor dan diadaptasi oleh AB Asmaradana (Direktur Yayasan Lanjong)," ujar pria yang akrab disapa Juni ini.

"Jadi ini sebenarnya pementasan satu naskah dengan banyak aktor, kita ingin menunjukkan bahwa dengan naskah yang sama kita punya kreatifitas yang berbeda-beda," ucapnya lagi.

Sama seperti pementasan Membaca Purnama sebelumnya, persembahan karya seni yang dihadiri oleh beberapa seniman lokal dari kota Tenggarong dan Samarinda ini juga diisi dengan kegiatan diskusi.

"Diskusi teater ini membahas mengapa teater jadi pilihan, apa keunggulan teater, dan bagaimana praktisi-praktisi teater menyikapinya," terang Juni.

Terkait perkembangan seni teater di Kukar, lanjutnya, kondisinya tidak terlalu menggembirakan, bahkan hanya beberapa kelompok teater yang masih aktif dan penontonnya tidak seperti penonton seni tari yang disaksikan banyak orang.

"Seperti kebiasaan bahwa teater ini yang datang penontonnya khusus atau segmented dan sudah kenal teater. Bisa dikatakan mereka yang sudah bosan dengan tayangan televisi, lalu teater ini adalah pilihan alternatif," ungkapnya.

Saat ditanya dukungan pemerintah terhadap kemajuan seni teater di kota Raja, seniman yang sudah berkecimpung di dunia seni sejak masih duduk dibangku sekolah ini berharap ada perhatian terutama fasilitas gedung pertunjukan seni.

"Kalau pemerintah mendukung para seniman teater, itu sangat kita harapkan sekali, di Tenggarong ini kan kita tidak punya gedung pertunjukkan teater yang memadai. Kalau saja pemerintah membangun gedung teater, mungkin teater akan lebih maju," cetus Juni.

Agar seni teater tidak terlupakan, sambungnya, beberapa seniman di Kukar berupaya mengenalkan teater melalui dunia pendidikan. 

"Harapannya ada regenerasi dari adik-adik kita di sekolah-sekolah, kalau Lanjong sendiri membuka pintu lebar-lebar untuk kawan-kawan yang mau bergabung dan berkarya bersama kita," imbuhnya. (end)

Persembahan teater dari naskah monolog berjudul melawan lupa, karya seniman Asep Zamzam Nor
Foto: R Hidayat






Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top