Diskusi Bulanan, PSPP Unikarta Angkat Tema Desa Mandiri

Angkat tema desa mandiri, PSPP Unikarta kembali menggelar forum diskusi politik dan pemerintahan
Foto: Endi

Pusat Studi Politik dan Pemerintahan (PSPP) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) menggelar diskusi publik dengan tema Desa Mandiri (Membangun Kutai Kartanegara Dari Pinggiran) di Pendopo Wakil Bupati Kukar.

Ketua PPSP Unikarta, Efri Novianto, Selasa (27/12) kemarin, mengatakan, diskusi ini merupakan bagian dari pelaksanaan fungsi Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian. 

"Kehadiran pusat studi ini salah satunya melalui program-program diskusi merupakan bagian dari upaya menghadirkan kampus sebagai pemberi solusi atau manfaat dalam hal pembangunan di Kutai Kartanegara," ujarnya.

Dikatakan Efri, desa mandiri di Kukar telah dilaksanakan sejak tahun 2013 yang dituangkan melalui Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun 2012. "Yang menjadi pertanyaan, selama ini belum pernah ada evaluasi kinerja dan belum ada indikator yang menyatakan keberhasilan, dalam tanda kutip belum jelas," terangnya.

Menurut Efri, mandiri jika didefiniskan adalah lepas dari pada ketergantungan. "Program yang dilaksanakan oleh Kutai Kartanegara ini kan ibaratnya masih abu-abu, misalnya lewat program desa mandiri kebangsaan, desa mandiri perencanaan dan sebagainya, nah indikator itu format idealnya bagaimana," ungkap dosen Fisipol ini.

"Melalui forum diskusi inilah yang akan kita jadikan semacam forum rembuk untuk mencari format ideal desa mandiri di Kutai Kartanegara," sambungnya.

Dalam diskusi tersebut, Efri memaparkan konsep program pengembangan desa mandiri, dikatakannya, konsep pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang berjenjang dan konsisten. "Pembangunan desa harus diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat, sehingga mempercepat perkembangan desa," tukasnya

Sementara itu, dihadapan peserta diskusi yang diikuti mahasiswa, SKPD dan aparatur pemerintahan desa, Wakil Bupati Kukar Edi Damansyah selaku nara sumber memberikan apresiasinya kepada PSPP yang baru didirikan dua bulan lalu.

"Pusat Studi Politik dan Pemerintahan secara tidak langsung menjadi bagian dari pengembangan sumber daya manusia, mudah-mudahan acara sederhana ini membawa manfaat bagi kita," ucap Edi 

Terkait desa mandiri, Wakil Bupati menyampaikan konsep Bena Kampong Etam yang secara etimologi Bena berarti peduli. "Bena Kampong Etam secara terminologi merupakan gerakan yang membangkitkan kembali nilai-nilai gotong royong dan kepedulian masyarakat pada daerah tempat tinggalnya di desa atau kelurahan," ucapnya. 

Nilai-nilai tersebut, lanjut Edi, haruslah didasarkan pada prinsif kebersamaan, kemandirian/swadaya, kemitraan, kesetaraan, dan keberlanjutan. "Optimalkan segenap potensi SDM dan SDA yang dimiliki dalam rangka pencapaian program nasional yakni desa berketahanan sosial," tegasnya.

Untuk diketahui, diskusi ini merupakan yang kedua kalinya setelah kali pertama digelar pada 9 November 2016 lalu di kampus Unikarta. PSPP mengagendakan diskusi dengan tema yang berbeda setiap bulannya. (end)




Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top