Penjualan Batu Akik Di Kota Raja Turun Drastis

Salah satu pedagang batu akik (kaos putih) di pusat aksesoris Museum Mulawarman
(Foto: Endi)

Anjloknya nilai tukar rupiah membuat berbagai harga barang cenderung naik dan tidak stabil, Kondisi ini tak hanya dirasakan kalangan pengusaha saja, para pengrajin dan penjual batu akik di kota Raja Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) juga mulai terkena imbasnya.

Saat booming batu akik, para penjual biasanya mampu meraup untung hingga jutaan rupiah, pasalnya batu yang dijual ditawarkan mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Namun kini mereka tak lagi bisa berharap banyak akibat turunnya minat pembeli, bahkan terkadang batu akik yang awalnya dijual tinggi, seringkali ditawar pembeli hingga separuh harga.

Herman, salah satu penjual batu akik di pusat penjualan souvenir Museum Mulawarman, Tenggarong, menuturkan, 3 bulan sebelumnya, setiap hari ia bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 3 juta, namun kini penjualan justru menurun drastis. "Sekarang paling banyak dua ratus ribu, itu pun tidak setiap hari," ujar pria pensiunan PNS Dispenda Kukar ini.

Jika dulu Herman mengambil langsung batu akik dari penjualnya, kini sebagian batu akik diperoleh dari titipan beberapa pengrajin. Sejak sepi pembeli, batu cincin yang ia jual seakan hanya menjadi pajangan di dalam lapaknya.

Pedagang lainnya, Marjuni, juga merasakan hal yang sama, Ia tidak berani menjual batu akik dalam jumlah banyak, menurutnya, jika pun ada pengunjung Museum Mulawarman yang kebetulan datang ke tempatnya berjualan, sebagian diantaranya hanya melihat-lihat saja, beruntung ia masih bisa mendapatkan rupiah dari hasil menjual aneka souvenir khas Kutai di kiosnya.

Herman dan Marjuni pun berharap kondisi bisa kembali normal, sehingga batu akik yang mereka jual kembali diminati pembeli. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top