Erau Pelas Benua Dibuka 4 Hari Lagi, Kesultanan Kutai Gelar Prosesi Beluluh

Sultan Kutai HAM Arifin dan Permaisuri jalani prosesi Beluluh jelang dibukanya Erau Pelas Benua
(Dok. Kesultanan Kutai/Awal Pratama)

Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke XXI Haji Adji Muhammad (HAM) Arifin menjalani upacara adat Beluluh di ruang utama kedaton kesultanan, Rabu (20/09/2022).

Ritual sakral ini merupakan rangkaian dari prosesi jelang pembukaan Erau Pelas Benua 2022 yang telah diawali sehari sebelumnya dengan haul jamak untuk Almarhum Raja atau Sultan Kutai, serta ritual Titi Bende.

Saat menjalani Beluluh, Sultan HAM Arifin bersama permaisuri duduk diatas balai bambu kuning berjumlah 41 tiang, sementara 4 orang kerabat Kesultanan berdiri disisi kiri dan kanan sambil membentangkan Kirab Tuhing (kain kuning) diatas kepala Sultan dan istri.

Ritual dipimpun Belian yang membaca mantra atau bememang untuk memohon keselamatan bagi Sultan Kutai yang akan melaksanakan Erau sekaligus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar prosesi berjalan lancar.

Prosesi penutup yaitu menarik Ketikai Lepas yang terbuat dari anyaman daun kelapa, kemudian Sultan menarik ujung anyaman dari salah satu sisi dengan tamu undangan yang ditunjuk kesultanan yakni Kepala Disdikbud Kukar Thauhid Aprilian Noor dan Wakil Ketua DPRD Kukar Alif Turiadi.

Prosesi adat yang dihadiri para kerabat kesultanan, unsur Forkopimda Kukar, serta Danrem 091/Aji Suryanata Kesuma Brigjen Dendi Suryadi ditutup dengan pembacaan doa selamat.

Beluluh dimaksudkan untuk memberitahukan kepada Kejuntaian Kemumulan atau makhluk halus bahwa Erau akan dilaksanakan, serta untuk membersihkan diri Sultan dan membuang pengaruh jahat atau sifat-sifat yang tidak baik.

"Mudah-mudahan dengan adanya acara ini Etam (Kita, Kutai Red) diberikan kesehatan, keamanan untuk acara Erau," ujar Aji Hasanuddin selaku kerabat kesultanan.

Pria bergelar Aji Pangeran Aryo Putro Amidjoyo ini mengatakan, balai bambu pada prosesi Beluluh untuk Sultan berjumlah tiga tingkat.

"Beluluh itu sendiri berasal dari kata Buluh atau bambu, tingkatannya untuk Sultan, Bupati dan masyarakat biasa juga warna bambunya berbeda," jelasnya.

Seusai Beluluh, Kesultanan menggelar upacara Menjamu Benua di sekitar kota Tenggarong pada sore harinya dengan dipimpin oleh seorang Belian

"Kita Menjamu Benua untuk memberitahukan roh-roh leluhur, mulai dari Kepala Benua di Tanah Habang Mangkurawang, Tengah Benua depan Museum Mulawarman, dan Buntut Benua sekitar bawah jembatan Kartanegara," kata Aji Hasan sapaan akrabnya.

Menjamu Benua bertujuan untuk memberikan jamuan kepada roh-roh leluhur agar mendukung dan tidak mengganggu selama Erau berlangsung. Terdapat sajen dalam ritual ini berupa telur, ayam, pulut atau nasi ketan, dan kue tradisional khas Kutai yang diletakkan dalam wadah dari anyaman bambu.

"Harapan saya Erau Pelas Benua ini berjalan dengan baik, kita dua tahun berturut-turut vakum karena ada Covid. Mudah-mudahan tahun depan berjalan dengan lebih baik lagi," tandasnya.

Ia menambahkan, setelah Beluluh dan Menjamu Benua, malam harinya dilaksanakan ritual Merangin yang merupakan prosesi pendahuluan dan wajib dilaksakanan jelang Erau. 

Untuk diketahui, Erau Pelas Benua akan dibuka secara resmi pada 25 September dan berlangsung hingga 2 Oktober mendatang. (mmbse)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top