Songsong Erau, Kesultanan Kutai Gelar Ritual Beluluh dan Menjamu Benua

Jelang dilaksanakannya Erau, Sultan HAM Salehoeddin II dan Putra Mahkota mengikuti ritual sakral Beluluh
Foto: Endi

Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menggelar ritual sakral Beluluh jelang empat hari digelarnya Erau Adat Kutai dan 5th International Folklore Art Festival (EIFAF) 2017, Rabu (19/07).

Sultan Kutai HAM Salehoeddin II, dan Putra Mahkota HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat, menjalani ritual ini di ruang utama kedaton Kesultanan Kutai.

"Beluluh dilaksanakan untuk memberitahukan kepada Kejuntaian Kemumulan atau makhluk halus bahwa Erau akan dilaksanakan," ujar Menteri Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, H Adji Pangeran Haryo Kusumo (APHK) Poeger.

Dikatakan APHK Poeger, ritual Beluluh dimaksudkan agar pengunjung maupun pelaksana kegiatan Erau mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa.

"Prosesi ini dipimpin seorang Belian yang membaca mantra memohon keselamatan bagi Sultan Kutai yang akan melaksanakan Erau, sekaligus berdoa agar prosesi yang dilaksanakan mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa," ucapnya.

Dalam ritual ini, Sultan Kutai duduk diatas sebuah balai bambu kuning yang berjumlah 41 tiang dan dikelilingi 4 orang kerabat Kesultanan yang membentangkan Kirab Tuhing (kain kuning) diatas kepala Sultan.

Usai melakukan ritual Ketikai Lepas, Sultan HAM Salehoeddin II turun dari balai bambu dan kembali ketempat duduk semula, lalu dilanjutkan giliran Putra Mahkota Kesultanan melaksanakan prosesi serupa.

Sementara koordinator Belian, Sartin, mengatakan, Beluluh juga dimaksudkan untuk membuang pengaruh jahat dan sifat-sifat yang tidak baik.

Selain prosesi Beluluh, lanjutnya, pihak Kesultanan Kutai juga melaksanakan ritual upacara Menjamu Benua atau memberi makan Benua.

Upacara Menjamu Benua dilaksanakan untuk memberitahukan kepada roh leluhur jika Erau akan dilaksanakan
Foto: Endi

"Sebelum prosesi dilakukan, kita ke rumah Sultan dulu untuk meminta ijin melaksanakan upacara Menjamu Benua," ujarnya.

Ritual ini dimulai dari Kepala Benua di Tanah Habang Mangkurawang, Tengah Benua depan Museum Mulawarman, dan Buntut Benua tak jauh dari jembatan Kartanegara.

Ditambahkannya, Menjamu Benua bertujuan untuk memberikan jamuan kepada roh-roh leluhur agar mendukung dan tidak mengganggu pelaksanaan Erau.

"Kalau Beluluh ada sajian (sajen, red) berupa pisang, maka sajian Menjamu Benua juga ditambah dengan ayam, nasi ketan, dan kue-kue tradisional," demikian terang Sartin. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top