Polsek Muara Kaman Antisipasi Kebakaran Lahan dan hutan

Enam anggota Polsek Muara Kaman saat berlatih menggunakan peralatan mesin pemadam ringan
Foto: Dok. Polsek Muara Kaman

Menghadapi musim kemarau serta mengantispasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang ada di wilayah kecamatan Muara Kaman, Polsek setempat mempersiapkan sejumlah peralatan pemadam.

"Polsek Muara Kaman telah mempersiapkan 6 orang anggota lengkap dengan peralatan mesin pemadam ringan," ujar Kapolres Kukar AKBP Fadillah Zulkarnaen melalui Kapolsek Muara Kaman AKP TM Panjaitan.

Mesin pemadam ringan tersebut, kata Panjaitan, bermerk Knapsack Power Sprayer model 850. "Dimana tangkinya bisa berisi sekitar 30 liter air," tuturnya.

Panjaitan menyebutkan, keenam anggotanya itu dilatih untuk merakit dan menggunakan peralatan mesin pemadam ringan.

"Peralatan ini selama musim kemarau akan selalu berada di mobil patroli, dan setiap menemukan ada titik api langsung dipadamkan sebelum apinya membesar atau tidak terkendali," jelasnya.

Menurutnya, peralatan ini cukup efektif karena menggunakan mesin, sehingga dapat menyemprotkan air dengan jangkauan 10 meter. 

"Hal tersebut sebagai upaya Polsek Muara Kaman untuk menangani kebakaran sejak awal, sehingga api tidak sempat melebar kemana-mana," beber Panjaitan.

Ia pun mengungkapkan, tahun 2016 lalu, jumlah hotspot di kecamatan Muara Kaman yang memiliki luas wilayah 3.410 Km2, terdeteksi 13 titik atau hotspot terbanyak di seluruh kecamatan yang ada di Kukar.

"Kecamatan Muara Kaman wilayah kecamatannya cukup luas, dimana sebagian hutan rawa atau lahan gambut, dan apabila musim kemarau sangat rawan kebakaran," imbuh Panjaitan.

Beberapa faktor penyebab terjadinya kebakaran, lanjutnya, yakni masih ada masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar.

"Walaupun cara ini relatif kecil, karena seluruh desa sudah dilaksanakan sosialisasi agar masyarakat tidak membuka lahan dengan cara membakar," tukas Panjaitan,

Disebutkannya, kebakaran ada pula yang dengan sengaja dilakukan oleh oknum nelayan pencari ikan, pasalnya, jika kawasan rawa sudah mulai mengering, para nelayan kesulitan masuk ke tengah rawa untuk mencari ikan. 

"Hal tersebut karena kondisi air nanggung dan tidak bisa dilewati perahu. Untuk bisa masuk ke rawa itulah oknum masyarakat membakar agar rawa bersih dan dapat dimasuki, demikian juga kawasan bantaran sungai," cetusnya.

Sementara kawasan rawa yang sering terbakar karena ulah oknum nelayan, sambung Panjaitan, adalah wilayah desa Tunjungan, Nangka Bona, desa Liang Buaya, dan desa Sedulang.

"Kebakaran justu kerap terjadi dilakukan oleh oknum masyarakat yang lagi mancing ikan dimalam hari, karena kalau musim kering biasanya paret blok kebun masih ada air tempat ikan," sebutnya.

"Oknum yang mancing ikan disana biasanya merokok untuk mengusir nyamuk, puntung rokok itu kalau jatuh ke alang-alang yang mengering akan terbakar," ucap Panjaitan lagi.

Hal yang sama juga bisa terjadi dari oknum masyarakat yang biasa berburu binatang atau babi hutan. "Sambil mengintai buruannya, rokoknya nggak berhenti-berhenti, supaya sekitar dimana ia duduk selalu berasap buat usir nyamuk," cetusnya.

Bahkan diduga pada Sabtu (19/08) sore, terjadi kebakaran di salah satu lahan hingga membakar kurang lebih 18 hektar rawa yang ada di wilayah desa Tunjungan dan desa Sabintulung.

"Diduga kuat pembakaran tersebut dilakukan oleh oknum nelayan. Kami menghimbau kepada masyarakat agar tidak mencari ikan dengan cara membakar rawa ataupun bantaran sungai," demikian terang Panjaitan. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top