Samboja Kini Miliki Special Care Unit Orangutan

Berkat bantuan berupa dukungan dana dari Borneo Orangutan Survival (BOS) Swiss, Lembaga mitra Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo, kini telah berdiri  Special Care Unit (SCU) dengan kapasitas 40 individu Orangutan, di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara.
Foto: Dok. Yayasan BOS

BOS Swiss Bantu Wujudkan Pembangunan Special Care Unit Orangutan.

Dukungan atas upaya konservasi orangutan dan habitatnya datang dari berbagai pelosok dunia. Termasuk dari masyarakat negara Swiss yang merasa terpanggil dan bergabung untuk membantu melestarikan satu-satunya spesies kera besar yang ada di Asia ini.

Dukungan dana yang diterima melalui Borneo Orangutan Survival (BOS) Swiss, Lembaga mitra Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS), dan disalurkan kepada Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara.

Dukungan ini kemudian direalisasikan dalam bentuk pembangunan Special Care Unit (SCU) berkapasitas 40 individu orangutan, kegiatan pelepasliaran orangutan, serta beberapa kegiatan lainnya terkait pelestarian orangutan di Hutan Kehje Sewen, Kutai Timur, yang dikelola oleh PT. Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI).

Pembangunan SCU yang dimulai pada bulan Mei lalu, kini telah siap untuk beroperasi. Komplek yang diresmikan pada 1 Desember 2015, telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pengayaan (enrichment) untuk merangsang kecerdasan orang utan, sekaligus memberikan beragam pilihan makanan dengan cara tertentu sehingga para orangutan ini terus menerus mempelajari hal baru.

Yayasan BOS telah berkomitmen untuk memberikan orangutan-orangutan ini perawatan terbaik dalam lingkungan yang sesuai dan telah merencanakan fasilitas tersebut sejak enam tahun lalu, hingga akhirnya bisa terwujud dengan bantuan dana yang disediakan oleh BOS Swiss.

Selain Swiss, BOS Australia yang juga merupakan mitra Yayasan BOS, turut mendukung dana dan pembangunan sistem pengelolaan pembuangan air limbah untuk menjamin kesejahteraan orangutan. Para orangutan unreleaseable akan dipindahkan dari fasilitas lama mereka ke SCU baru ini secepatnya.

Berdasarkan data BOS, diiperkirakan sekitar 10 persen orangutan di Yayasan BOS tidak dapat dilepasliarkan atau disebut unreleaseable karena berbagai kondisi, di antaranya karena mengidap penyakit, cacat tubuh, atau perilaku liar yang sangat minim akibat terlalu lama dipelihara manusia sebelum menjalani proses rehabilitasi di Samboja Lestari. Kondisi ini membuat mereka tidak akan bisa bertahan hidup di hutan.

“Untuk melestarikan spesies yang terancam punah seperti orangutan, memerlukan komitmen besar dari semua pihak terkait. Tahun ini, Kedutaan Besar Swiss di Indonesia juga membantu mendanai program penanaman pohon di areal bekas kebakaran beberapa waktu lalu di Samboja Lestari seluas 5 hektar. Saya sangat gembira mendapat kesempatan untuk melihat kegiatan kerja yang sangat penting dari Yayasan BOS.” terang Yvonne Baumann, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, saat meresmikan SCU beberapa waktu lalu.

Saat berada di Pusat Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur di Samboja Lestari, Yvonne mengatakan, kehadirannya merupakan kepedulian besar atas berbagai permasalahan lingkungan dan keinginannya untuk melihat dan mempelajari langsung berbagai aspek konservasi orangutan yang dijalankan Yayasan BOS, dan menunjukkan dukungan sebagai wakil Pemerintah Swiss di Indonesia, terhadap kegiatan konservasi orangutan. 

Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tachrir Fathoni, Pelestarian orangutan dan habitatnya merupakan kewajiban bersama. “Orangutan sendiri merupakan satwa yang dilindungi keberadaannya oleh pemerintah melalui undang-undang. Jumlah orangutan yang masih berada di dalam pusat rehabilitasi besar sekali, dan kita perlu mengembalikan mereka ke alam liar, begitu mereka siap,” tegasnya.

Sementara itu, CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite, mengungkapkan, Yayasan BOS memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan seluruh orangutan di pusat rehabilitasi, termasuk mereka yang tidak bisa dilepasliarkan. “Kami telah melepasliarkan orangutan kembali ke habitat alaminya, namun ini adalah tugas yang besar dan kami masih memiliki ratusan lainnya menanti dilepasliarkan. Kami menyerukan kepada seluruh pihak untuk membantu upaya ini,” ujarnya.

Untuk diketahui, Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) adalah organisasi nirlaba Indonesia yang berdedikasi terhadap konservasi orangutan Borneo dan habitatnya, bekerjasama dengan masyarakat, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, serta organisasi-organisasi mitra di seluruh dunia.

Didirikan sejak tahun 1991, Yayasan BOS saat ini merawat lebih dari 700 orangutan dengan dukungan 420 karyawan yang berdedikasi tinggi, serta juga para ahli di bidang primata, keanekaragaman hayati, ekologi, rehabilitasi hutan, agroforestri, pemberdayaan masyarakat, komunikasi, edukasi, dan kesehatan orangutan.(end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top