Beginilah Kondisi Kehidupan Ibu Samnah Yang Putrinya Menghilang

Gubuk tempat Samnah dan keempat orang putranya tinggal kondisinya jauh dari kata layak (Insert: Halimah)
Foto: Endi

Samnah (32) harus menyimpan cerita pilu, setelah putrinya Halimah (17) menghilang, sang suami Masrani (38) justru harus mendekam di Lapas IIB Tenggarong karena kasus kepemilikan senjata tajam. (Baca: Halimah Menghilang, Sang Ibu Berharap Putrinya Kembali).

Sebagai perantau asal Kalimantan Selatan, Samnah dan keluarga awalnya pernah mengadu nasib dan tinggal di Desa Liang Buaya, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara (Kukar) selama 8 tahun.

Dari Muara Kaman, Samnah bersama suami dan anak-anaknya lantas tinggal di sebuah gubuk yang berada di di Dusun Margasari, Simpang 4 tambang PT Bara Kumala Sakti (BKS), Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu.

“Tinggal disini (Jembayan, red) sudah 6 tahun, jadi kami sudah 14 tahun merantau,” tuturnya kepada media ini, Kamis (31/08) lalu.

Tanah tempat Samnah mendirikan gubuk memang bukan miliknya, melainkan milik sebuah perusahaan tambang yang beroperasi di desa Jembayan. “Tapi kami memang diijinkan tinggal disini,” katanya lagi.

Untuk menuju kediaman perempuan ini, harus menempuh jarak sejauh 12 kilometer dari jalan dusun Margasari, Desa Jembayan, kemudian melewati jalan Hauling PT ABK.

Demi menyambung hidup, Samnah menanam pisang dilahan kosong diseberang jalan tempat ia tinggal, dan sesekali berjualan makanan kecil di gubuknya, biasanya pembelinya karyawan perusahaan setempat.

“Beberapa kali sempat dikirimi uang dari kampung, tapi ya habis buat mencari si Halimah,” ujar Samnah ditemani 4 putranya yang masih kecil.

Kondisi memprihatinkan Samnah ternyata mendapat simpati dari sejumlah karyawan tambang PT Alam Jaya Bara Pratama (ABP) yang kemudian mencoba membantu kehidupannya.

“Awalnya Ibu ini nggak mau cerita kejadian yang menimpanya, karena kami kasihan melihatnya, lantas kami yakinkan membantunya, dan memposting putrinya yang menghilang di media sosial,” kata salah satu karyawan PT ABP bernama Irvan.

Bahkan Irvan memberanikan diri menghadap manajemen perusahaan untuk membantu kehidupan Samnah. “Setiap hari kami membantu nasi bungkus dan kebutuhan lainnya,” tukasnya.

Yang membuat miris kata Irvan, saat hujan tiba, gubuk tanpa penerangan listrik itu bocor, dan Samnah harus melindungi buah hatinya yang paling kecil hanya dengan tubuhnya.

“Karena itu kami berinisiatif memasang terpal diatap gubuk Bu Samnah, karena sebagian atap yang terbuat dari daun sudah hancur,” imbuhnya.

Irvan dan karyawan PT ABS lainnya berencana akan menyisihkan sebagian gaji mereka untuk membantu Samnah. 

“Nanti uang yang terkumpul akan kami gunakan untuk memperbaiki gubuk Bu Samnah,” ucapnya.

Dikatakan Irvan, setelah Halimah menghilang dan kondisi kehidupan keluarganya menyebar di media sosial, beberapa pihak yang bersimpati mulai berdatangan ke kediaman ibunya.

“Pak Camat Loa Kulu sudah datang kesini, ada juga guru-guru TK dari Tenggarong. Rencananya dari Samarinda juga mau kesini,” sebut Irvan lagi. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top