Erau Adat Kutai 2018 Ditutup Prosesi Ngulur Naga dan Belimbur

Dua replika naga dibawa dari keraton menuju dermaga dan dibawa ke Kutai Lama menggunakan kapal
Foto: Endi

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah sekitar Kalimantan Timur (Kaltim) menyaksikan prosesi Ngulur Naga yang menjadi puncak rangkaian Erau Adat Kutai 2018, di depan keraton Kutai (Museum Mulawarman) Tenggarong, Minggu (29/07) pagi.

Sebelumnya, replika Naga Laki yang ditempatkan di serambi kanan dan Naga Bini di serambi kiri keraton bersemayam selama tujuh hari tujuh malam, hingga akhirnya diturunkan melalui Rangga Titi.

Sesaat sebelum Naga diulur, Plt Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Edi Damansyah, menyampaikan sambutan dihadapan Putera Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAP Adipati Anoem Soerya Adiningrat beserta kerabat.

"Upacara Mengulur Naga telah menjadi icon dari upacara Erau Adat Kutai yang dikenal luas tidak hanya oleh masyarakat di Kalimantan Timur, tetapi juga secara nasional, terlebih Erau Adat Kutai telah menjadi festival budaya terpopuler di tanah air pada Anugerah Pesona Indonesia 2016 lalu," ujarnya.

Plt Bupati menegaskan, upaya Pemkab Kukar menyelenggarakan Festival Kesenian Rakyat Internasional dalam rangka Erau Adat Kutai, tidak lain untuk mengangkat upacara adat luhur ini agar dikenal oleh masyarakat dunia. 

"Kita harus membuka banyak jendela untuk memberi ruang masyarakat internasional mengenal Indonesia melalui Erau Adat Kutai, sekaligus memajukan pariwisata daerah dan nasional," cetusnya.

Usai sambutan, terlebih dahulu dibacakan riwayat naga, selanjutnya setelah ritual Besawai, kedua replika naga tersebut dibawa menuju dermaga depan Museum Mulawarman untuk dinaikkan keatas kapal.

Menteri Pelestarian Nilai-nilai Budaya Adat, Kesultanan Kutai, H Adji Pangeran Haryo Kusumo (APHK) Poeger, mengatakan, kedua replika naga ini selanjutnya akan diulur atau dilarung di sungai Mahakam, Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana.

"Sementara saat naga dalam perjalanan ke Kutai Lama, di keraton diadakan upacara Beumban dan Begorok untuk Sultan yang kali ini digantikan Putera Mahkota," ujarnya. 

Setelah upacara Beumban dan Begorok dilaksanakan, tepat pukul 11.00 Wita dilakukan upacara Rangga Titi di pelabuhan yang telah tersedia Balai, Putera Mahkota kemudian duduk di atas Balai menghadap ke Sungai Mahakam yang diapit oleh 7 orang Pangkon laki dan 7 orang Pangkon bini.

"Setelah itu Air Tuli yang diambil dari sungai di Kutai Lama tiba dan dipercikan oleh Putera Mahkota kepada para hadirin, maka seluruh masyarakat di sekitar keraton dan lokasi-lokasi yang telah ditentukan melakukan ritual Belimbur atau saling menyiramkan air yang bermakna mensucikan diri," kata APHK Poeger.

Belimbur sebagaimana Maklumat Sultan Kutai ke-XX H Adji Mohammad Salehoeddin II, ditetapkan dari Kepala Benua, Tengah Benua dan Buntut Benua.

"Yaitu sepanjang Jalan Mangkurawang, Jalan AM Sangaji, Jalan Awang Long Senopati, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Jendral Sudirman, Jalan KH Akhmad Muchsin, Jalan Woltermonginsidi, dan diakhiri pada pukul 14.00 Wita," ucap APHK Poeger.

Pada prosesi Ngulur Naga dan Belimbur ini, hadir Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim Terpilih 2018 Isran Noor-Hadi Mulyadi, unsur FKPD Kukar, Direktur Eksekutif Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Asfarinal . representatif CIOFF Indonesia, serta seluruh Direktor dan partisipan EIFAF 2018 dari 6 negara. (end)

Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top